Thursday, December 20, 2018

#20 Anime: Rokuhoudou Yotsuiro Biyori 'Four Handsome Man Ready To Help You'

December 20, 2018 0 Comments
Review Anime
Source: Twitter @RokuhoudouAnime
Judul: Rokuhoudou Yotsuiro Biyori
Alternative Title: 鹿楓堂よついろ日和
Genres: Seinen, Slice of Life
Type: TV Series
Language: Japanese
Country: Japan
Adaption: Manga
Episode: 12
Age Group: BO-13
Rated: 5 of 5

Rokuhoudou, kedai teh jepang peninggalan mendiang kakek Keisui Higashigo dan Yakyou Higashigo. Keisui yang tidak bisa melupakan kenangan dari mendiang kakeknya di kedai teh, membuka kembali kedai teh Rokuhoudou. Menu yang di andalkan sebagian besar adalah kue, baik kue lokal maupun internasional.

Dengan empat pelayan yaitu Keisui Higashigo sendiri biasa di panggil Sui dengan keahliannya sebagai peracik teh, Tokitaka Nagae biasa di panggil Tokitaka dengan keahliannya dalam memasak menu makan siang di kedai teh, Gregorio Valentino biasa di panggil Gure dengan keahlian sebagai coffee art, dan Tsubaki Nakao biasa di panggil Tsubaki dengan keahliannya sebagai patissier, dialah yang membuat semua kue-kue di kedai rokuhoudou.
Image All Dish in Rokuhoudou
Sebagian besar pelanggan tetap rokuhoudou adalah pelanggan dari mendiang kakeknya. Tapi tidak jarang juga pelanggan baru datang dengan setumpuk masalah datang ke rokuhoudou. Bahkan keempat pelayan membantu menyelesaikan berbagai masalah yang di hadapi oleh konsumen barunya. Sehingga konsumen merasa senang dan akan datang kembali ke rokuhoudou untuk bebagi cerita pada para pelayan rokuhoudou.

Sampai suatu hari datanglah seorang patissier terkenal bernama Eisuke Tsunozaki, berkunjung ke rokuhoudou dan menawarkan kerja sama untuk ikut bergabung dalam event yang sedang di adakan di departemen store. Dengan pertimbangan, Sui menerima tawaran dengan waktu yang telah di tentukan olehnya. Sui, Tokitaka, Guren dan Tsubaki tidak menyangka bahwa mereka sedang di bully oleh Tsunozaki.
Sui merasa Tsunozaki mengetahui bahwa dia adalah saudara kembar dari Yakyou Higashigo, mulai memikirkan Yakyou yang sudah lama tidak bertemu dengannya semenjak meninggal kakek kesayangan mereka. Sui mengirim surat pada Yakyou untuk bertemu di kedai rokuhoudou pada saat malam tahun baru.

Rokuhoudou Yotsuiro Biyori di adaptasi dari seri manga komik oleh penulis Yu Shimizu dengan judul yang sama. Serial anime di produksi oleh Zexcs dan di sutradarai oleh Tomomi Kamiya dengan naskah yang di tulis ulang oleh Dekao Akao. Menurutku tema yang di ambil dari film ini adalah semi kuliner, di samping menampilkan berbagai ragam macam kue dan makanan berat, film ini juga memberikan beberapa permasalahan seputar kehidupan seperti permasalah dalam kerja, perpisahan dengan teman sekolah, permasalahan dalam saudara, dan lain-lain.
Walaupun penampilan pemandangan yang sederhana, bisa di imbangi dengan tampilan gambar karakter dan dessert yang bagus. Tapi aku suka melihat penampilan dessertnya yang terlihat enak untuk di makan. Sebagian besar gambar hampir di tampilkan berada di sekitar kedai dan dalam kedai rokuhoudou.

Kadang kalau melihat Sui sama Kinako bikin ketawa 😂😂 segitunya cintanya sama kucing sampe di foto dengan berbagai macam gaya. Oh iya, Kinako adalah kucing yang di pungut oleh Sui di depan gerbang kedai rokuhoudou. Aku ngiler sama kue-kue yang di sediakan oleh Tsubaki rasanya pingin banget coba, tapi apa daya kue-kue itu hanya ada di Jepang.
all Customer and Waiters in Rokuhoudou
Soundtrack:
Opening: Sakurairo Cliche (桜色クリシェ) by aki
Ending: 
1. Clover by Coffee Creame
2. Clover by Sui (Junichi Suwabe), Tokitaka (Yuuichi Nakamura), Gure (Daisuke Ono), Tsubaki (Daiki Yamashita)




#19 Anime: Violet Evergarden

December 20, 2018 0 Comments
Review Anime
Judul: Violet Evergarden
Alternative Title: Violet Evergarden, ヴァイオレット・エヴァーガーデン
Genres: Slice of Life, Drama, Fantasy
Type: TV Series
Language: Japanese
Country: Japan
Adaption: Light Novel
Episode: 13
Age Group: BO-13
Rated: 5 of 5

Image Mayor Gilbert
“Live... and be free. From the bottom of my heart, I Love You.” – Gilbert Bougainvillea

Violet Evergarden, seorang gadis kecil yang semenjak kecil sudah bergabung dan di didik dalam militer. Bagaikan boneka tanpa hati, Violet di jadikan sebuah alat untuk membunuh dan hanya kalimat perintah yang dapat menggerakkannya. Pada saat peperangan Violet mendapatkan cedera yang cukup parah saat melindungi Mayor Gilbert Bougainvillea.

Peperangan telah usai, atas permintaan Gilbert, Claudia Hodgins menjemput Violet yang di rawat di rumah sakit di desa terpencil. Atas permintan Gilbert, Hodgins membawa Violet ke tempat kerabat Gilbert yaitu keluarga Evergarden untuk di jadikan anak angkat. Karena anak laki-laki keluarga Evergarden telah tiada pada saat peperangan berlangsung. Tapi Violet merasa Gilbert sudah membuangnya karena cedera yang dia dapatkan saat peperangan.

Hodgins membawa Violet ke perusahaan yang di dirikan setelah keluar dari militer dan mempekerjakannya di sana untuk menampik tuduhan bahwa dia sudah tidak berguna lagi. Sampai suatu hari, Violet memerhatikan Cattleya Baudelaire sedang membuatkan surat teringat kembali akan kata-kata terkahir dari Gilbert.
Review Anime Violet Evergarden
“I want to know what “I Love You” means...” – Violet Evergarden

Ini pertama kalinya, Violet meminta langsung pada Hodgnis untuk di pekerjakan di “Auto Memory Doll”, pekerjaan sebagai ghostwritter. Dengan bantuan Cattleya, Violet di ajarkan bagaimana cara menggunakan mesin tik dan latihan melihat seniornya menghadapi pelanggan. Sampai suatu ketika, Cattleya menawarkan Violet untuk ikut sekolah khusus “Doll”.

Perjalanan Violet sebagai ghostwritter di mulai. Violet mulai mengenal berbagai macam emosi dan arti dari kehidupan. Samapi suatu ketika, Violet tidak percaya bahwa Gilbert sudah tiada. Violet mendatangi kakak dari Gilbert yaitu Dietfried Bougainville untuk mengetahui kebenaran tentang Gilbert. Tidak hanya mendatangi Dietfried, Violet mendatangi kediaman keluarga Bougainville dan bertemu dengan Ibu Gilbert.

Violet Evagarden di adaptasi dari Light Novel oleh penulis Kana Akatsuki dengan judul yang sama. Serial anime di produksi oleh Kyoto Animation dan di sutradarai oleh Taichi Ishidate dengan penulis naskah oleh Reiko Yoshida. Film ini juga di putar di Netflix. Tema pada animasi ini tentang kehidupan seorang Violet sebagai ghostwritter yang mencari arti dari kata hidup setelah berlalunya masa peperangan.
Propose
“You’re going to learn a lot of things, But it might be easier to keep living, if you didn’t learn them, if you didn’t know them. You don’t realize your body is on fire and burning up because of the things you did. You’ll understand one day. And then you’ll realize for the first time that you have many burns.” – Claudia Hodgins

Gambar yang di buat oleh Kyoto Animation sangat bagus. Penggunaan warna pada animasi ini membuat mataku terpaku dengan keindahan yang di tunjukkan. Seperti menampilkan bangunan-bangunan Eropa pasca peprangan, padang berbunga, langit biru berawan, langit berbintang dan terlihat jelas detail ekspresi wajah pada karakter.

Tissue! Tissue! where is Tissue? 😭😭 a story in this film so sad. Melihat Violet pergi ke sana kemari mencari arti kata “hidup” yang di ucapkan oleh Gilbert. Dan Violet menganggap Gilbert masih hidup karena tubuhnya tidak di temukan di terakhir Violet bersamanya. Di tambah lagi, Violet yang layaknya robot hanya menerima perintah. Tidak mengerti apa itu emosi. Dengan tambahan musik buatan Evan Call membuatku tambah melancolis menonton animasi ini.
Image Last Letter from the soldier to family and woman he love
Kyoto Animation juga mengeluarkan lanjutan dari Violet Evagarden yaitu Violet Evagarden: Kitto “Koi” wo Shiru Hi ga Kuru no Darou (Violet Evagarden Special) dengan 1 episode. Di sinilah Violet disuruh untuk membuat lirik lagu yang bertemakan tentang "Love" yang akan di nyanyikan di gedung opera dan lirik lagunya sangat menyentuh sekali.

Animasi ini recommended loh buat kalian tonton karena sarat akan makna tentang kehidupan. Sediakan tisu sebanyak-banyaknya di samping kalian, seperti aku menjadi sedih setelah menonton setiap episode.

“You won’t be a tool, but a person worthy of that name.” - Gilbert Bougainvillea
Image Resensi Violet Evergarden
Soundtrack:
Opening: Sincerely by TRUE
Ending:
1. Michishirube (みちしるべ) by Minori Chihara
2. Believe in... by Aira Yuuki
Insert: Letter by TRUE




Saturday, December 15, 2018

[1] Short Stories: "My friend Farida"

December 15, 2018 0 Comments
Image Pinterest

My Friend Farida

Karena pekerjaan Ayahku, kami sekeluarga harus pindah ke kota Birmingham, United Kingdom. Rumah dinas yang kami tinggali tidak sebesar rumah kami di Indonesia, cukup sederhana dan berdempetan dengan rumah tetangga kiri dan kanan. Aku bersyukur Ibu mendapatkan teman tetangga yang baik. Setiap Ibu keluar rumah mereka selalu mengobrol.
Sudah dua bulan sejak kepindahanku ke sini dan bersekolah di salah satu sekolah swasta di kota ini. Di sekolah baru, aku tidak memiliki banyak teman seperti di Indonesia karena kebanyakan dari mereka berteman secara berkelompok dan aku tidak menyukai itu. Kelompok yang paling terkenal di sekolah adalah kelompoknya Marien dan Thomas. Mungkin karena mereka berdua adalah anak gaul dan memiliki paras yang cantik dan tampan.
Mr. Charles, guru Sejarah memasuki ruang kelas. Membuat anak-anak yang tadinya berisik menjadi diam seketika.
“Morning! Everyone,” sapa Mr. Charles sambil meletakkan tas selempangnya dan buku di atas meja, “kalian akan mendapatkan teman baru hari ini, masuklah,” ucap Mr. Charles.
Aku yang duduk bangku tengah langsung menengok ke arah pintu, di sana masuklah seorang gadis berkerudung. Dengan mengenakan tas punggung, gadis itu memperkenalkan dirinya bernama Farida dan asal dia berada di depan kelas.
“Wah... Kita kedatangan teroris di kelas,” ucap Marien dengan lantang.
Semua yang berada di kelas langsung berisik. Ada yang berteriak untuk menyuruhnya pulang ke negaranya. Aku memandang tidak percaya apa yang mereka lakukan terhadap Farida.
“Cukup!” Mr. Charles memukul mejanya untuk membuat murid-muridnya berhenti bicara, “Marien nanti kamu ke ruangan saya,” ucap Mr. Charles dengan tegas, “Farida kamu silakan duduk di bangku yang kosong,”
Farida berjalan dengan diam ke arah belakang.
“Kate! Hati-hati sama teroris itu,” teriak Marien.
Aku melihat Kate memajukan bangku dan mejanya ke depan menjauhi meja Farida. Aku hanya menggelengkan kepala dengan pelan melihat tingkah tidak bersahabatnya mereka terhadap Farida. Sangat kebalikan sekali dengan teman-temanku di Indonesia, mereka sangat senang dengan kedatangan murid baru.
Aku jadi teringat dengan pertama kalinya aku datang ke kelas ini, mereka akan menilaiku dari bawah ke atas layaknya juri apa menerimaku di kalangan mereka atau tidak. Tidak jarang mereka mendatangiku dengan wajah ramah tapi ujung-ujungnya hanya menggangguku. Beruntungnya mereka saat itu aku sedang berada di mood yang baik jadi aku menganggapnya seperti anak kecil yang merengek meminta sesuatu kepada ibunya.
Suara bel berakhir, pelajaran Mr. Charles berbunyi. Semua anak-anak dari kelas berbondong-bondong membereskan buku pelajaran mereka dan berebut keluar kelas. Begitu juga denganku yang ingin ke perpustakaan untuk mengembalikan buku yang kupinjam. Saat ingin melangkah meninggalkan bangku, kedua mataku melihat beberapa pengikut Marien mengelilingi meja Farida.
“Astri!” panggil Berta.
Aku menengokkan kepalaku sebentar ke arah Berta yang sudah berdiri di dekan pintu keluar, “Iya, sebentar,” ucapku. Karena penasaran aku mengalihkan pandangan dari Berta ke arah meja Farida.
“Ayo Astri, jangan ikut campur dengan mereka,” Berta menarik lenganku keluar kelas, “sepertinya mereka akan melakukannya kembali,” ucap Berta sambil lalu.
“Apa yang akan mereka lakukan?” tanyaku.
“Kamu akan melihatnya sendiri nanti. Bagi mereka itu sudah seperti hiburan,” jelas Berta.
Berta adalah teman pertamaku semenjak pindah ke sekolah ini. Dengan wajah berparas Asia dan sebuah kacamata bulat bertengger di hidungnya. Ayah Berta merupakan penduduk asli sini yang menikah dengan Ibunya asal Jepang. Berta yang sudah lama tinggal di sini sering mengajakku jalan mengelilingi kota Birmingham, memberitahu tempat-tempat untuk hangout maupun untuk membeli barang-barang dengan harga yang murah.
“Kita makan di taman saja ya?” ajak Berta.
“Boleh, tapi kita ke kantin sebentar ya beli Sandwich.”

***

Di dalam perpustakaan, “Miss, aku mau mengembalikan ini,” tanganku menyerahkan sebuah buku tentang kebudayaan ke atas meja, “kamu mau ke mana?” tanyaku kepada Berta.
“Aku mau meminjam buku kalkulus,” ucap Berta dan meninggalkanku sendiri.
Beberapa menit kemudian, “ini kartu anggotanya,” ucap penjaga perpustakaan.
“Terima kasih Miss,” sambil tersenyum, tanganku mengambil kartu anggota yang sudah terletak di atas meja.
Aku membalikkan badan mencari keberadaan Berta yang belum terlihat. Daripada aku menunggu di depan meja terlalu lama, aku memutuskan mencari keberadaan Berta. Aku tidak menemukan Berta di setiap kali aku berjalan di tiap rak buku, sampai bagian paling belakang aku melihat punggung Berta sedang menghadap ke luar jendela.
“Berta, kamu lama sekali,” ucapku setelah mendekat, “apa yang sedang kamu lihat,” tubuhku berdiri di samping tubuhnya melihat beberapa anak-anak sedang melempar-lempar tas dari pemilik yang berkerudung.
“Mereka melakukannya lagi,” ucap Berta dengan pelan.
“Astaga,” aku melihat salah satu anak cowok mendorong tubuh berkerudung itu sampai jatuh ke tanah, “apa mereka selalu seperti itu?” tanyaku.
“Ya, kamu ingat perkataanku pada pertama kali kita berkenalan untuk tidak berurusan dengan mereka.”
Aku menganggukkan kepala.
“Beberapa ada yang sampai pindah sekolah karena mereka.”
“Kenapa mereka melakukan itu?”
“Mungkin untuk mereka sebagai hiburan atau mereka tidak menyukai pendatang baru, aku tidak tahu.”
Aku merasa heran dengan kelompok mereka, apa yang sedang di carinya dengan mengganggu Farida. Aku merasa kasihan dengan Farida di hari pertamanya sekolah sudah mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan.
“Apa guru di sini tidak ada menegur mereka?”
“Sudah, pihak sekolah sampai memanggil kedua orang tua mereka ke sekolah tapi seperti yang kamu lihat sekarang. Mereka tidak peduli dengan teguran tersebut,” terang Berta, “ayo kita makan siang, keburu bel masuk kelas berbunyi,” ajak Berta.
Aku bergumam menandakan persetujuan Berta. Sebelum meninggalkan jendela kaca perpustakaan, kedua mataku masih mengamati apa yang di lakukan kelompok Marien terhadap Farida.
Kami berjalan di lorong sekolah menuju taman belakang sekolah, tempat biasa kami akan menyantap makan siang. Sambil berbicara tentang tugas yang di berikan oleh guru, tentang artis idola kami dan lain-lain. Tidak hanya kami yang berada di taman belakang sekolah, banyak murid-murid yang menghabiskan waktu jam makan siang di sana. Ada yang bermain lempar bola atau tempat untuk mengerjakan tugas kelompok selain di perpustakaan.
Saat sedang enak menyenderkan punggung ke belakang dan memandang langit biru, dari sudut mata aku melihat Farida berjalan sendirian dengan pakaian sedikit kotor. Mereka yang berada di taman belakang sekolah mulai berbisik-bisik tentang Farida. Aku menyapu sekeliling taman, sebagian mereka memandang kasihan, sebagian mereka tertawa kecil, sebagian mereka seperti menyuruhnya pindah ke tempat lain.
Karena tidak suka apa yang mereka perbuat, aku berjalan menghampiri Farida, “Assalamualaikum Farida, aku Astri bergabunglah denganku untuk makan siang di sana.”
“waalaikumsalam,” balas Farida dan mulai tersenyum menerima ajakanku.
Kami berjalan bersama ke tempat Berta berada. Mereka yang berada di taman mulai kembali berbisik-bisik tentang apa yang sudah kulakukan dan sapaan yang kugunakan. Dari sudut mataku, Farida merasa risi tapi aku tidak peduli dengan apa yang mereka bicarakan.
“Hiraukan mereka, nanti juga akan berhenti sendiri,” ucapku sambil berjalan.
“Salam itu... Apa kamu muslim?”
“Ya, aku dari Indonesia. Aku dan keluarga pindah ke sini karena pekerjaan Ayah.”
Kedatangan kami di bangku taman di sambut senyuman canggung yang di berikan berta kepada Farida. Aku langsung mendudukkan diriku di tengah bangku dan mempersilahkan Farida untuk duduk di sampingku.
Kepalaku tengokkan ke Berta, “kenapa senyummu seperti itu?” tanyaku pada Berta.
“Aku tidak mau terkena masalah dengan Marien dan pengikutnya.”
“Halah...,” dengusku, “Farida, perkenalkan ini Berta. Berta ini Farida,” kataku.
Sambil memakan makanan, aku melihat Berta sudah mulai terbiasa tidak seperti sebelumnya. Malahan Berta yang lebih banyak bertanya pada Farida. Kami mengetahui bahwa Farida pindah dari negara konflik, rumahnya sudah hancur terkena ledakan bom. Ayahnya memutuskan membawa seluruh keluarganya untuk pindah sementara ke negeri ini daripada bertahan di sana tapi nyawa yang menjadi taruhannya.
Aku yang masih mendengarkan cerita dari Farida, memerhatikan yang berada di taman seketika hening tidak berisik seperti tadi. Kutengokkan kepalaku ke arah pintu taman sekolah. Di sana, Marien beserta pengikutnya berjalan melewati pintu taman. Mataku mengikuti Marien berjalan mendekati kami. Suara Berta dan Farida mendadak berhenti setelah melihat Marien berdiri di depan kami.
“Well.... Well... ternyata ada kumpulan teroris,” ucap Marien.
Aku tidak menggubris apa yang di ucapkan Marien tapi dari sudut mataku, aku melihat Berta menundukkan kepalanya ke bawah dan tubuh tegang Farida.
“Hai Marien,” sapaku dengan ramah.
“Kamu jadi satu komplotan dengan dia,” ucap Marien sambil menunjuk ke arah Farida.
“Ada perlu apa?” ucapku tanpa terganggu dengan ucapannya. Aku merasakan lengan tanganku di pegang oleh Berta, “pergilah Berta, aku tidak apa-apa di sini,” ucapku pada Berta.
“Ehh... mau ke mana?” ucap salah satu pengikutnya menghalangi jalan Berta.
“Biarkan dia pergi, dia harus menelepon Ibunya untuk mencari kabar kerabatnya di rumah sakit,” bohongku.
Aku memandang Marien dengan senyum di wajahku untuk meyakinkan dia memang Berta harus pergi untuk menghubungi keluarganya. Setelah menunggu, Marien memberikan kode untuk melepaskan Berta pergi dari sini. Aku melihat Berta berjalan dengan cepat memasuki gedung sekolah dengan sesekali menengok ke belakang melihatku.
Dengan santainya aku menyenderkan punggungku ke belakang bangku, aku tahu bahwa aku dan Farida sudah di kelilingi oleh pengikut Marien. Tapi aku tidak akan takut dengan mereka. Sambil melihat ke arah Marien, aku berpikir dengan cepat bagaimana aku dan Farida bisa terlepas dari Marien.
Suara pekikan dari Farida membuatku menengok ke arah belakangnya, “Hei!” hardikku dengan wajah marah ke arah belakang Farida, “jadi ada apa?” ucapku ramah menengok ke wajah Marien.
“Aku ada perlu dengan teroris ini.”
“Dia punya nama Marien, namanya Farida bukan teroris,” ucapku ramah.
“teroris tetap teroris.”
“Hadeehh... cewek gendeng. Orang punya nama juga,” ucapku pelan dengan bahasa Indonesia sambil membuang muka ke samping.
“Apa?” ucap Marien dengan alis di tekuk, “apa yang kamu ucapkan?” tanya Marien.
“Kamu cantik,” ucapku asal.
“Aku tahu bukan itu, cepat katakan apa yang kamu ucapkan tadi,” desak Marien.
“Terserah,” ucapku santai, “aku masih ada perlu sama Farida, jadi nanti saja.”
“Aku but...”
“Ada apa ini?” ucap Thomas memotong ucapan Marien.
Di sana, Thomas telah berdiri di balik punggung Marien dengan beberapa sahabatnya yang memandang penasaran ke arah kami.
“Astri,” ucap Thomas sambil menerobos masuk ke dalam lingkaran.
“Woaahh... ada apa ini?” ucap salah satu sahabatnya.
“Thomas,” sapa Marien dengan suara senang, “Thom, aku ada perlu dengan teroris ini tapi dia menghalanginya,” adu Marien yang sudah berdiri di samping Thomas.
Aku bangkit dari duduk, “Marien namanya Farida bukan teroris,” ingatiku pada Marien sambil menggeleng-gelengkan kepala, “sepertinya otaknya sudah mengecil,” ucapku pada diriku sendiri dengan bahasa Indonesia.
“Heh! Apa yang sudah kamu ucapkan tadi,” bentak Marien.
“Nothing.”
“Enggak mungkin! Cepat katakan?”
“Kamu cantik,” ucapku asal.
Aku tahu Thomas dan teman-temannya sedang memerhatikan perdebatan kami. Karena aku sedang malas untuk berdebat dengan Marien, aku hanya menjawab asal apa yang dia pertanyakan dari apa yang kuucapkan. Di tambah lagi berada di tengah lingkaran yang di perhatikan banyak orang makin tambah malas meladeni tingkah Marien.
“Farida kita pergi dari sini,” ucapku sambil menengok ke arah Farida yang menundukkan kepalanya.
“Hah?” ucapnya kaget sambil menengok ke arahku.
“Ayo...”
Saat aku ingin menarik tangan Farida untuk mengikuti langkahku, suara Thomas menghentikanku.
“Tunggu sebentar,” Thomas mengangkat tangannya menghalangiku dan Farida untuk jalan.
“Ada apa, Thomas?” tanyaku.
“Tolong jelaskan ada apa?” tanya Thomas.
Aku menghela nafas pelan. Otakku berpikir apa harus menceritakan apa yang sudah di lakukan Marien pada Farida. Aku tidak begitu mengenal Thomas secara dekat, apa lagi jalan pikirannya setelah mendengarkan apa yang aku ceritakan. Tapi aku tidak boleh menilainya dari paras Thomas yang cakep itu, berdoa saja semoga jalan pemikiran Thomas sebanding dengan parasnya yang cakep.
“Aku kenalkan temanku Farida,” ucapku sambil menengok ke arah Farida, “seperti yang kamu dengar tadi, Marien memanggilnya apa. Sebelum ini, Marien dan teman-temannya sudah mengganggu temanku, Farida. Aku hanya heran dengan jalan pemikiran Marien yang sangat sempit itu. Hanya karena dia berhijab dan berwajah timur tengah lalu kalian mencap dia adalah teroris. Hanya karena orang yang mengebom negara kalian beragama Islam lalu kalian mencap dia adalah teroris. Farida bukanlah mereka yang kalian sebut teroris itu. Farida adalah Farida. Kalian harus mengenalnya lebih dekat sebelum kalian memberi label sebagai teroris atau tidak,” ucapku dengan nada tenang.
Aku melihat Thomas tidak bisa berkata apa-apa. Marien yang ingin membalas perkataanku di bungkam oleh tatapan galak dari Thomas.
“Thomas, tolong bilang pada temanmu itu,” tunjukku ke sebelahnya, “jangan pernah mengganggu Farida lagi. Atau dia akan berurusan denganku atau dengan guru sekalipun,” ucapku.
Sambil menggandeng tangan Farida, kami menerobos keluar dari lingkaran kelompok Marian den Thomas, tapi sebelum jauh aku berhenti dan membalikkan badannya ke belakang, “oh iya, yang perlu kalian tahu aku beragama yang sama dengan Farida dan aku di ajarkan untuk berbuat baik pada siapa pun walaupun dia seorang mantan teroris akan aku rangkul dengan tanganku.”
Kamu meneruskan berjalan, aku bisa mendengar ucapan protes yang di lakukan oleh Marien dan pengikutnya. Aku dan Farida melewati pintu taman untuk masuk ke gedung sekolah.
“Astri, terima kasih,” ucap Farida.
“Ya sama-sama, lebih baik kita masuk ke kelas sekarang,”
Dari jauh, Berta berjalan cepat ke arah kami dengan seorang guru di belakangnya. Mereka menghampiri kami, guru yang berada di belakangnya kepada kami berdua apa yang sudah terjadi. Aku menjelaskan apa yang sudah terjadi, tidak lupa mengatakan bahwa mereka masih berada di taman belakang sekolah bersama Thomas.
Setelah hari itu, Marien sudah tidak pernah lagi mengganggu kami. Entah apa yang di lakukan Thomas sampai Marien berhenti untuk mengganggu kami. Setiap kami berpapasan di koridor sekolah, Marien hanya melewati kami. Aku juga mendengar pada hari itu, Marien bersama dengan pengikutnya di bawa ke ruang kepala sekolah.

Thursday, December 13, 2018

#18 Novel: The Elite - Kiera Cass

December 13, 2018 0 Comments
Image Resensi The Elite - Kiera Cass
Judul: The Elite (Buku Kedua)
Penulis: Kiera Cass
Penerjemah: Nina Setyowati
Penerbit: Bentang Belia
Genres: Romance
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, 2013
Jumlah Halaman: 420 hlm; 19 Cm
ISBN: 978-602-7975-00-2
Rated: 5 of 5

‘New York Times Bestseller’

The Elite lanjutan cerita dari The Selection Series yang pernah Aku bahas sebelumnya. Cover buku The Elite yang Aku beli masih cetakan pertama yang bergambar tiara. Kalau cetakan terbarunya gambarnya lebih bagus dan kece.

Masih inget dengan America Singer dan Pangeran Maxon dari kerjaan Illea. The Elite menceritakan 6 perempuan muda termasuk America, Marlee sahabat baik America, dan Celeste musuh utama America. Begitu pula dengan Aspen yang mendekati America untuk kembali kepadanya.

Pangeran Maxon yang memasukkan America ke dalam salah satu The Elite mulai mempertimbangkan America menjadi potensi terkuat sebagai calon istrinya. Pangeran Maxon menyatakan perasaannya pada America dan di balas oleh America yang ingin berada di sisi Pangeran Maxon. Tetapi setelah pengakuan itu, America merasa Pangeran Maxon berubah menjaga jarak dengannya membuat America khawatir jika perasaan Pangeran Maxon tidak bersungguh-sungguh.

Di tengah bergejolaknya antara Kerajaan Illea, New Asia, dan para pemberontak. Pangeran Maxon menyelenggarakan pesta Hallowen di istana dengan turut mengudang seluruh anggota keluarga The Elite. America sangat senang untuk mengabari keluarganya tentang pesta Hallowen dan tidak sabar untuk bertemu dengan keluarganya. Dalam Pesta Hallowen, Pangeran Maxon di haruskan beramah-tamah pada anggota keluarga The Elite yang suatu hari akan menjadi mertuanya.

Setelah pesta Hallowen, Marlee Tames, sahabat dekat America, menjalani hukuman cambuk karena ketahuan berhubungan mesra dengan seorang penjaga istana bernama Carter Woodwork. Status Marlee dan Carter di turunkan ke kasta paling rendah dan mereka harus menerima hukuman cambuk, itu membuat America histeris. America berteriak meminta Pangeran Maxon menghentikan hukuman itu. America di bawa kembali ke kamarnya oleh pengawal dan dilarang keluar kamar selama masa hukuman Marlee dan Carter selesai.

Semenjak peristiwa itu, hubungan America dan Pangeran Maxon menjadi merenggang karena America menyalahkan Pangeran Maxon yang tidak bisa berbuat apa-apa dan merasa ragu akan masa depannya bersama Pangeran Maxon kelak. Walaupun Pangeran Maxon sudah meminta maaf itu tidak membuat America merasa tenang, di tambah lagi America harus melihat kedekatan Pangeran Maxon dengan Kriss.

Kerenggangan hubungan America dan Pangeran Maxon membuat Aspen datang menenangkan America dan membuatnya nyaman. America dan Aspen sering bertemu di ruang-ruang yang jarang di kunjungi oleh penjaga, dengan beberapa kode dan petunjuk yang di berikan oleh Aspen. Tetapi sekali lagi, America sakit hati dengan Aspen yang menyuruhnya mengikuti The Selection sampai selesai. Dengan mengesampingkan perasaannya Amerca fokus dengan tugas-tugas yang di berikan pada The Elite.

Pertemuan dengan Marlee di kamar tidur putir Illea. Marlee bercerita bahwa Pangeran Maxon membantunya bernegosiasi pada raja supaya hukuman di peringan dan menyembunyikan Marlee dan Carter di dapur istana. Dengan kasta terendah Marlee diperkerjakan sebagai pembantu wanita. Marlee juga meminta America memaafkan Pangeran Maxon ketika hukuman cambuk berlangsung tidak bisa melakukan apa-apa.

Tugas yang di berikan The Elite membuat America bercerita pada Pangeran Maxon dan meminta masukan darinya. Tetapi Pangeran Maxon tidak bisa membantunya sehingga Pangeran Maxon mengajak America ke perpustakaan rahasia di istana. Di dalam perpustakaan rahasia itu lah terdapat sejarah sebenarnya dari berdirinya kerajaan Illea yang didirikan oleh pendahulunya, Gregory Illea.

Pemberontak kembali menyerang istana ketika pesta outdoor untuk The Elite beseta keluarga. America yang melawan instruksi dari penjaga berlari ke arah dalam hutan. Mendengar langkah pemberontak di belakangnya America berlari dengan keadaan linglung tanpa arah. Tidak tahu harus lari ke mana lagi, America bersembunyi di atas pohon. Dari atas pohon, America dapat melihat para pemberontak saling berdebat sambil memungut buku-buku yang berjatuhan. Dengan tidak sengaja salah satu pemberontak melihat America di atas pohon, pemberontak itu tersenyum dan berlalu pergi, tindakan pemberontak itu membuat America bingung. Beruntuk America di temukan oleh Aspen dan tim penjaga istana. Dalam perjalanan pulang ke istana, America berasumsi bahwa motif pemberontakan itu adalah dokumen-dokumen sejarah Illea.

America yang muak dan jijik dengan sosok Gregory illea membongkarnya pada saat presentasi on air yang di siarkan ke seluruh penjuru kerajaan Illea. Dengan paksaan Raja menghentikan siaran tersebut. Pangeran Maxon yang membela America membuat Raja marah dan menyuruh Pangeran Maxon untuk memulangkan America. 

Sejarah apa yang di sembunyikan oleh Kerajaan Illea? Bagaimana nasib America? Apa Pangeran Maxon akan memulangkan America dan memberi ruang bagi kandidat The Elite?


Wednesday, December 12, 2018

#17 TV Series: Tom Clancy's Jack Ryan Season 1

December 12, 2018 0 Comments
Image review Tom Clancy's Jack Ryan
Judul: Tom Clancy’s Jack Ryan
Genres: Action, Drama, Thriller
Type: TV Series
Language: English
Country: USA
Episode: 8
Age Group: D (25+)
Rated: 5 of 5

Film Jack Ryan merupakan nama tokoh utama yang di ambil dari karakter buatan pengarang novel Tom Clancy. Mungkin kalian pernah ingat dengan film berjudul “Jack Ryan: Shadow Recruit” yang di perankan oleh Crish Pine sebagai Jack Ryan. Kali ini Carlton Cuse dan Graham Roland membuat film Jack Ryan dalam versi series (seri) yang di adaptasi dari novel seri Tom Clacy’s Jack Ryan.

Jack Ryan (John Krasinski), seorang pegawai CIA analisis keuangan bagian terorisme. Dia mendapati sebuah aliran dana yang cukup besar di Yemen atas nama Suleiman (Ali Suliman). Ryan memberitahu kepala divisi teroris yang baru bernama James Greer (Wendell pierce), saat memberitahunya Greer untuk meminta untuk membekukan rekening Suleiman malah tidak di indahkan oleh Greer dan meminta Ryan untuk memantaunya kembali.
Image review TV Series: Tom Clancy's Jack Ryan
Ryan yang tidak mau kehilangan Suleiman, meminta bantuan teman kantornya untuk mengirimkan pengajuan untuk membekukan rekening Suleiman. Ternyata pembekuan rekening tersebut diketahui oleh agen yang berada di Yemen dan menghubungi Greer atas tindakan Ryan yang telah memblokir rekening tersebut. Selang beberapa hari, di adakan pemantauan bank tempat Suleiman menyimpan uangnya. Di sana terdapat manajer bank sedang berbicara dengan dua orang laki-laki timur tengah.

Ternyata salah satu laki-laki timur tengah tersebut ada yang bernama Suleiman. Suleiman yang di bebaskan oleh adiknya, Samir (Karim Zein), dari tahanan tentara Amerika. Semenjak itu Ryan terus mencari tahu identitas dan keberadaan Suleiman. Sampai suatu ketika istri Suleiman, Hanin (Dina Shihabi), beserta anak-anak Suleiman, Sara (Nadia Affolter) dan Rama (Arpy Ayvazian) lari dari Suleiman yang beranggapan bahwa suaminya telah berubah. Sayangnya anak laki-lakinya memilih tinggal dengan Suleiman.

Banyak yang beranggapan bahwa Suleiman adalah salah satu anggota ISIS tapi hal itu di sangkal oleh Ryan. Ryan mencari keberadaan Hanin beserta anak-anaknya di perbatasan Turki, saat itu salah satu suruhan Suleiman juga mengejar mereka untuk di bawa kembali pulang ke rumah Suleiman. Untungnya, kedatangan Ryan dan Greer tepat pada waktunya dan dapat membawa Hanin dan anak-anaknya ke tempat yang aman.
Image #17 review TV Series: Tom Clancy's Jack Ryan
Sebenarnya aku ragu untuk membahas ini karena terdapat unsur agama Islam di dalamnya. Tapi aku akan coba melihat dari sisi Suleiman dari orang baik dan sayang terhadap keluarga bisa berubah drastis menjadi seorang yang jahat. Kalau di bayangkan, tempat tinggal yang damai malah di jatuhi oleh bom yang menyisakan hanya seorang adik laki-lakinya, bagaimana rasanya tidak sedih. Suleiman yang pindah ke Paris melanjutkan hidupnya menjadi mahasiswa sampai lulus dan melamar pekerjaan tapi hanya di pandang sebelah mata, bagaimana tidak kecewanya. Dan masih ada lagi, cuman sayangnya di film ini tidak di bahas apa yang terjadi selama Suleiman di penjara karena melindungi adiknya.

Seperti unsur “Sebab-Akibat”dan pepatah “Kalau Ada Asap, Tentu Ada Api”. Karena perbedaan ras, warna kulit, agama, dll. itu bisa mengubah seseorang padahal Suleiman ini sama-sama manusia yang memiliki darah merah di dalam tubuhnya bukan alien ataupun makhluk jenis yang lain. Sayang banget kalau ada seseorang masih berpandangan seperti itu karena menurutku orang seperti itu tidak tahu bagaimana indahnya dunia.
Image review Tom Clancy's Jack Ryan | Buklet Kathana
Aku suka saat James Greer membela Islam saat salah satu polisi Prancis menghina Islam, dia hanya mengeluarkan tasbih pemberian dari mertuanya dan mengatakan “saat saya tidak sholat, saya selalu berdzikir.” Saat itu juga polisi Prancis langsung diam tidak banyak omong. Oh iya, Greer ini seorang muslim loh.

Aku terkaget di awal menonton film ini, di salah satu adegan ruang office di bagian tembok belakang terdapat pajangan foto Presiden Indonesia ke-5 bersama dengan Presiden USA ke-43 sedang berjalan.  Maksudnya apa ya?
Image review Tom Clancy's Jack Ryan Season 1
Untuk bagian action di sini lumayan bagus, pemeran tokohnya dapat mengimbangi saat menggunakan senjata maupun tangan kosong. Di film ini menggunakan 3 bahasa yaitu bahasa Arab, Inggris, dan Prancis. Film ini bertemakan tentang teroris sepanjang 1 season.

Peringatan! Film ini hanya boleh di tonton untuk orang dewasa dan bijaksana ya, karena ada beberapa adegan seperti perjudian, hubungan intim, pelecehan, dan kekerasan.


Tuesday, December 11, 2018

#16 Novel: The Selection - Kiera Cass

December 11, 2018 0 Comments
Image Review Novel The Selection - Kiera Cass
Judul: The Selection
Penulis: Kiera Cass
Penerjemah: Nina Sethowati
Penerbit: Bentang Belia
Genres: Romance
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, 2012
Tebal Buku: 426 hlm; 19 cm
ISBN: 978-602-9397-43-7
Rated: 5 of 5

'New York Times Bestseller'

Kerajaan Illea, Negeri yang terbentuk sesudah Perang Dunia ke-4. Dimana negara adidaya Amerika Serikat mengalami kemunduran di ambil alih oleh Republik Cina. Pemerintahaan Kerajaan Illea menerapkan sistem kasta bagi semua penduduk Illea untuk mendefinisikan status sosial sekaligus kekayaan mereka di Kerajaan Illea. Dengan adanya sistem kasta pihak Kerajaan Illea membuat sebuah kegiatan yang di beri nama The Selection (Seleksi). The Selection merupakan kegiatan kompetisi antara 35 perempuan muda dari seluruh penjuru wilayah Kerajaan Illea yang nantinya berhasil terpilih untuk di nikahi oleh Pangeran dan menjadi Putri Kerajaan Illea.

Bermula dari keluarga Singer sangat antusias mendapatkan undangan berpartisipasi untuk mengikuti The Selection. America Singer, berasal dari kasta lima menganggap undangan tersebut sebagai kesempatannya untuk menarik seluruh keluarganya untuk naik kasta dan sebagai mimpi buruk karena harus meninggalkan cinta pertamanya yaitu Aspen Lager dari kasta enam. Perbedaan kasta membuat America dan Aspen menyembunyikan hubungannya dari keluarga. America dan Aspen sering bertemu secara rahasia di rumah pohon tidah jauh dari rumah America. America menceritakan kepada Aspen bahwa dia mendapatkan undangan The Selection dari Kerajaan Illea. America mengharapkan Aspen memberitahunya untuk tidak ikut berpartisipasi, tapi itu hanya sebuah angan-angan belaka. Aspen terlihat antusias America mendapatkan undangan itu dan meminta America untuk ikut berpartisipasi di The Selection.

Kekecewaannya terhadap Aspen dan paksaan dari Ibunya, America dengan terpaksa mendaftarkan dirinya untuk ikut The Selection. America tidak menyangka akan lolos untuk ikut The Selection pada saat Berita Ibu Kota Illea mengumumkan nama-nama gadis yang ikut The Selection. Semenjak itu, banyak prosedur yang harus di lakukan America sebelum berangkat ke Istana.

Di Istana, America bertemu dengan 34 perempuan muda yang akan menjadi teman sekaligus musuh baginya. Di lain sisi, America mendapatkan sahabat baiknya yaitu Marlee Tames dan musuh utamanya yaitu Celeste Newsome. America yang sakit hati karena Aspen di tambah dengan tekanan di dalam Istana membuatnya sesak nafas dan lari ke taman belakang Istana yang ternyata dilarang oleh penjaga Istana. Di sini lah pertama kali America dan Pangeran Maxon bertemu yang seharusnya dilakukan pertemuan dengan 35 perempuan muda keesokan harinya.

Pertama kali melihat buku The Selection di Perpusakaan Cikini, masih dengan cover buku dari cetakan pertama. Cetekan buku The Selection yang terbaru terlihat sangat bagus dan elegan dengan foto seorang putri di tambah lagi dengan adanya tagline 'New York Times Bestseller' membuat tambah penasaran dengan isi dari cerita The Selection yang ternyata alur ceritanya sangat bagus. sayangnya, terdapat kesalahan alih bahasa yang tidak cocok penggunaannya dan beberapa kali aku melihat kesalahan penulisan yang berulang kali.

Bagi kalian yang suka cerita roman kerajaan, ini sangat recommended buat kalian baca. Apalagi pengarang The Selection, Kiera Cass, menggabungkan dua cerita dengan sangat bagus antara cerita Cinderella dan The Hunger Games.

Follow Us @soratemplates