Thursday, February 7, 2019

#51 Novel Metropop: More Than Words By Stephanie Zen

February 07, 2019 0 Comments
Judul: More Than Words
Penulis: Stephanie Zen
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, 2015
Jumlah Halaman: 224 hlm; 20 cm
Genres: Romance
Bahasa: Indonesia
ISBN: 978-602-03-1355-9
Rated: 3.4 of 5

Rania Stella Handoyo, seorang mahasiswa yang mendapatkan beasiswa disalah satu universitas di Singapura. Awalnya Rania tidak mau mengambil kesempatan yang berharga karena perekonomian keluarganya yang tidak memungkinkan, tapi kedua orang tuanya menyayangkan pilihan Rania dan memintanya untuk mengambil beasiswa tersebut tanpa harus memikirkan biaya kehidupan selama Rania tinggal di Singapura.

Rania tidak pernah meninggalkan acara kebaktian yang di gereja. Di sana, Riana bertemu dengan Marvel Wongso, pemuda cerdas dan anak orang kaya. Tapi Rania merasa nyaman di sisi Marvel, apa yang akan di bicarakan selalu menyambung dan tidak akan habis bahan pembicaraannya. Hanya satu yang Rania merasa adanya jurang di antaranya, masalah finansial dan kalangan sosial Marvel berada. Hal itu membuat Rania sadar akan dirinya yang tidak pantas untuk bersanding di sisi Marvel.

“They say, priceless moments last forever.”

Tapi siapa sangka di lain sisi, Marvel malah menyukai Rania dan ingin mengajaknya menikah dengannya. Saat pertama kali Marvel mengajak Rania untuk menikah malah mendapatkan penolakan, tapi pada saat Marvel sedang iseng karena hubungan Bella dan Rayner, Rania malah memberikan pernyataan yang membuat Marvel salah tingkah. Marvel terus menahan perasaannya terhadap Rania karena sebentar lagi dia akan berangkat ke Amerika untuk melanjutkan studi Masternya.

“She’s extraordinary. She deserves no ordinary man like me.”

Selepas Youth Service, Rayner yang akan berulang tahun keesokan harinya akan mengadakan kejutan untuknya pada saat pergantian hari. Untuk membunuh waktu, mereka memilih ke rumah Marvel sampai waktunya tiba. Karena merasa bosan, Fabian mengusulkan sebuah permainan truth or dare. Permainan yang hanya untuk membunuh waktu malah mendapatkan petaka untuk Raina.

Rania menceritakan semua apa yang terjadi pada Celine. Celine yang sudah tahu perasaan Rania terhadap Marvel berusaha memberikan nasehat. Semenjak itu, Rania terus berdoa untuk mendapatkan jawaban dari Tuhan. Rania yang bertemu dengan Mamah Marvel dan mengetahui apa yang terjadi pada kedua orang tua Marvel dulu makin membuat dirinya tidak yakin akan jawaban yang akan dia berikan pada Marvel.

“Aku bukan Papa, dan aku bukan Mama. Tapi aku anak kalian dan aku belajar dari kesalahan kalian. Aku hanya nggak mau membuat kesalahan lain dengan melepaskan Rania dan menyesal di kemudian hari. The worst regret we can have in life isn’t about the wrong things we did, but for the right things we could have done but never did.”

Hmm... aku tidak tahu harus menuang pikiranku di sini. Dalam cerita ini ada beberapa yang bersinggungan dengan kitab agama dan cara berpikir mereka. Tapi aku mencoba untuk berada di sisi tengah, jadi aku akan mengomentari sikap Rania yang terlalu memandang dirinya sendiri rendah atau sebelah mata apa bila di sandingkan dengan orang kaya seperti Marvel. Dan sepertinya dia tidak bangga begitu dengan kuliah dari beasiswa bukan dari membayar. Oh... that so wrong girl... you must proud what you get. Untuk mendapatkan beasiswa itu tidaklah gampang.

Alur cerita yang di kemas pengarang tidak terlalu berat dengan konflik yang sederhana, membuat cerita novel ini mudah untuk dibaca. Aku suka dengan cover novel ini yang berwarna hitam, karena itu aku membelinya walaupun lagi discount.

“Lagi pula, Ran... when you spend time worrying, you’re simply using your imagination to create things you don’t want. Choose faith over worry.”

Kekurangan dari novel ini adalah tidak adanya penjelasan sudut pandang yang sedang bercerita. Aku sempat bingung awal pergantian bab, karena bukan dari sudut pandang Rania setalah aku balik ke halaman sebelumnya dan maju kembali ke halaman semula baru aku mengerti.


Wednesday, February 6, 2019

#50 Movie: Gogol. Viy

February 06, 2019 0 Comments
Review
Judul: Gogol. Viy
Genres: Horror, Mystery, Thriller
Type: Movie
Language: Russian
Country: Russia
Episode: 1
Age Group: R+
Rated: 4 of 5

Gogol Nikolai Vaselievich (Alexander Petrov) tinggal di sebuah desa terpencil jauh dari ibu kota, selama tinggal di sana dia selalu mendapatkan penglihatan yang sangat misterius dari gadis-gadis yang hilang di desa. Gogol dan teman-temannya melakukan penyelidikan dari kotak box yang berisikan dokumen penyelidikan dan sebuah tanggal.

Sampai suatu hari terdapat seorang gadis desa hilang setelah mengantar makanan ke perkebunan. Gogol yang tidak bisa mencarinya sendiri meminta bantuan dari Binkh Alexander Christophorovich (Evgeniy Stychkin), awalnya Bink tidak mau membantu Gogol hanya untuk mencari seorang gadis desa akhirnya membantunya hanya karena keinginan untuk memiliki desa itu sudah tercapai.

Di dalam hutan, Gogol bertemu dengan Oksana (Yuliya Frants) yang sedang iseng untuk menemui Gogol. Tapi Gogol meminta Oksana untuk tidak mengganggu dan tidak menemui Lisa Danishevskaya (Taisiya Vilkova), Oksana merasa marah dan meminta Gogol untuk tidak datang mengunjunginya. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, teman-temannya menemukan sebuah bangkai tak berbentuk.
Resensi
Lagi-lagi Gogol mendapatkan penglihatan bahwa gadis desa itu belum meninggal, masih hidup dan akan di bunuh oleh si penunggang kuda. Binkh meminta Gogol untuk menyelidikinya dan menemukan gadis desa itu. Selama penyelidikan, Gogol juga mendapatkan informasi tentang keluarganya yang memiliki saudara tapi hanya dirinya yang bertahan hidup. Gogol yang menemukan di mana gadis desa itu berada langsung saja ke hutan yang tidak semua orang berani masuk ke sana.

Setelah menyelamatkan gadis desa itu, Gogol mendapatkan penglihatan kembali bahwa korban selanjutnya akan lebih banyak kembali. Binkh memberikan jam malam bagi seluruh rakyat desa untuk tidak bertambahnya korban, tapi sayangnya hal itu di anggap sepele oleh seluruh rakyat desa. Sampai suatu pagi, terdapat cap di setiap rumah yang menjadi calon korban selanjutnya.
Huuaa.... ternyata setelah aku cari informasi tentang film Gogol. Viy ada film sebelumnya yang judulnya Gogol: The Beginning, pantas saja aku tidak mengeti jalan ceritanya aku menonton film sequel. Pingin berhenti menonton tapi nanggung, soalnya filmnya menarik banget tentang penyihir, hantu, persembahan, dan pembunuhan berantai.

Kalau di amati karakter Nikolai Gogol, dia seperti pria pemalu dan cupu. Aku sampai speecles lihat tokoh utamanya begini, jauh dari apa yang aku bayangkan di saat pertama kali melihat dia. Tapi aku suka dengan keteguhan dia untuk menyelamatkan gadis-gadis desa yang akan menjadi korban pembunuhan selanjutnya. Tapi sayangnya, kisah keluarganya belum terbuka lebar di film ini, masih misterius.
Kekurangan dari film ini adalah saat Gogol masuk dalam penglihatannya, di mana di menyaksikan seorang gadis yang di tutupi oleh kain putih terbakar. Pada saat pengambilan gambar dari atas, api yang terbakar itu terlihat flat tidak berbentuk. Aku sampai berpikir itu api atau apa sih bentuknya seperti itu. Selebihnya pengambilan gambar ini bagus sekali, aku suka pemandangan desa yang berkabut.

Film Gogol. Viy memiliki kelanjutannya yaitu Gogol. Terrible Revenge dan Gogol. Unitled film.


Monday, February 4, 2019

#49 Anime: 3-Gatsu No Lion

February 04, 2019 0 Comments
Review
Judul: 3-Gatsu No. Lion
Alternative Title: March comes in like a lion, Sangatsu no Lion, 3月のライオン
Genres: Game, Slice of Life, Drama, Seinen, Comedy
Type: TV Series
Language: Japanese
Country: Japan
Adaption: Manga
Episode: 22
Age Group: BO-13
Rated: 5 of 5

Rei Kiriyama (Kengo Kawanishi), seorang pemain profesional shogi, kedua orang tua Kiriyama sudah lama meninggal semenjak kecil dan di asuh oleh teman ayahnya bernama Masachika Kouda (Tooru Ookawa) yang merupakan rival pada permainan shogi. Selama tinggal di rumah Kouda, Kiriyama bermain shogi dengan anak-anak Kouda yaitu Kyouko Kouda (Marina Inoue) dan Ayumu Kouda.

Kekalahan kedua anak Kouda membuat membenci Kiriyama. Semenjak itu, Kiriyama memutuskan menunda masuk sekolah tinggi untuk menjadi pemain profesional dan keluar dari kediaman Kouda. Selang setahun, Kiriyama sudah menjadi pemain profesional shogi dan pindah ke apartemennya, selain itu Kiriyama juga melanjutkan sekolah tingginya.

“If he isn’t someone who can convince himself and make progress on his own, it’s pointless.” – Masachika Kouda

Saat Kiriyama terluka di tengah jalan, Kawamoto Akari (Ai Kayano) membawa Kiriyama ke rumahnya untuk membersihkan lukanya. Kiriyama juga bertemu dengan kedua saudara perempuan Akari yang bernama Hinata Kawamoto (Kana Hanazawa), Kawamoto Momo (Misaki Kuno) dan beberapa kucing peliharaan Akari. Semenjak hari itu, Akari selalu mengajak Kiriyama untuk datang ke rumahnya untuk makan bersama.
Resensi
Musim pertandingan shogi dimulai, Kiriyama berjuang mengalahkan lawan-lawannya seperti Harunobu Nikaidou (Okamoto Nobuhiko, Yuuko Sanpei) yang sudah menganggap Kiriyama sebagai rival semenjak pertemuan mereka pertama kali. Kiriyama yang tidak pintar dalam bersosialisasi sangat terbantu dengan adanya Nikaidou yang cerewet, Tatsuyuki Misumi (Tomokazu Sugita), Matsumoto Issa (Subaru Kimura), dan direktur shogi/master shogi Takanori Jinguuji (Tessyo Genda) mereka semua sangat baik pada Kiriyama.

Tidak seperti pemain yang lain setiap kalah dari Kiriyama, mereka pasti membencinya dan itu membuat Kiriyama selalu sendiri. Di sekolah pun begitu Kiriyama tidak memiliki teman selain gurunya, Takashi Hayashida (Takashiro Sakurai), gurunya selalu menemani pada saat jam istirahat dan membantu mencari solusi untuk masalahnya dalam pendidikannya.

“When you got a problem you can’t fix yourself, like today, there’s a good chance that if you work together with someone else, you can overcome it. If someone helps you like that, and the next time they’re having trouble, then you should help them. That’s how the world works. You know... that’s pretty important. Listen... if things seem hopeless when you’re alone, then rely on someone. Otherwise, to be honest, No. one will rely on you.” – Takashi Hayashida

3-Gatsu no Lion animasi yang di adaptasi dari manga karangan Chica Umino dengan judul yang sama. Manganya di keluarkan oleh Hakusensha di sebuah majalah Young Animalsebanyak 14 volume. Pada animasinya sendiri di buat di studio Shaft dan di siarkan melalui setasiun NHK. Di sutradarai oleh Kenjiro Okada dan Akiyuki Shinobu, naskah yang di tulis oleh Yukito Kizawa, dan musik dari Yukari Hashimoto. Membuat animasi ini sangat bagus.
Entah mau bilang kasihan sama kehidupan Kiriyama tapi... huff... dia terlalu muda untuk menjadi dewasa, seperti belum waktunya. Pada saat middle school saja Kiriyama sudah memikirkan harus hidup sendiri tanpa harus membebani orang lain. Tapi aku senang dia bertemu dengan orang-orang yang memang sangat peduli dengan dia seperti Kawamoto bersaudara, mereka tidak hanya mengajak Kiriyama untuk datang ke rumah untuk makan saja, tapi mereka memikirkan kehidupan Kiriyama. Mereka keluarga yang tulus.

“Results are important, but it’s results that reach people, Kiriyama. The world doesn’t revolve around results.” – Takashi Hayashida

Untuk gambar animasinya sendiri aku menilai sangat sederhana tidak terlalu jelek, tapi aku enggak suka bagian matanya, terlihat kosong seperti tidak hidup. Ini animasi pertama kali aku melihat gambar seperti itu, untungnya ke bantu dengan cerita yang bagus. Gambar pemandangannya juga biasa-biasa saja tidak ada yang istimewa sama sekali.

Ternyata 3-Gatsu no Lion ada season 2 jumlah episodenya juga sama seperti season1 sebanyak 22 episode. Pada season ini, lebih kebanyakan tentang Hinata yang mengalami penindasan di sekolahnya dan pertandingan antara Kiriyama dan Touji Souya pemegang gelar Meijin.

“Becoming a professional isn’t the goal. The path after becoming that will make your hade spin the further you go, the steeper it becomes, and there won’t be anyone around you. Only someone who can maintaining himself will continue to make progress.” - Masachika Kouda 

Oh iya, yang bagi yang tidak tahu apa itu shogi. Shogi adalah catur jepang, sedikit berbeda dengan catur yang biasa di kenal banyak. Perbedaannya dengan catur adalah sistem memainkan kembali pion lawan yang sudah di tangkap, jumlah pion dari shogi sebanyak 20 buah sedangkan pion catur sebanyak 16 buah, dan masih banyak lagi perbedaannya.

Animasi ini recommended loh buat kalian tonton di hari libur atau masuk ke dalam list tontonan film selanjutnya. Karena banyak sekali nilai-nilai kehidupan di animasi ini.

Soundtrack:
Season 1:
Opening: Answer (アンサー) by BUMP OF CHICKEN, 
Sayonara Bystander (さよならバイスタンダー) by YUKI
Ending: Fighter (ファイター) by BUMP OF CHICKEN, 
Nyaa Shougi Ondo (ニャー将棋音頭) by Hinata (Kana Hanazawa), Akari (Ai Kayano), Momo (Misaki Kuno)
orion by Kenshi Yonezu (米津玄師)

Season 2:
Opening: Flag wo Tatero (フラッグを立てろ) by YUKI,
Haru ga Kite Bokura (春が来てぼくら) by UNISON SQUARE GARDE
Ending: Kafune (カフネ) by Brian the Sun,
I AM STANDING by RUANN


Thursday, January 31, 2019

[ 2 ] Short Stories: My Beautiful Country

January 31, 2019 0 Comments

Sangat indahnya negeriku ini, tenteram, damai, dan bersahabat. Pemandangannya juga tidak kalah menakjubkan di bandingkan dari negara-negara lain. Penduduk di negeri ini sejak dahulu saling bahu membahu menolong yang sedang terkena musibah atau kesulitan. Oleh karena itu, aku sangat bersyukur telah lahir di negeri ini. Ayah dan Ibu selalu mengajariku budaya yang harus kami jaga walaupun budaya luar kerap masuk ke dalam negeri ini.
Kami sekeluarga sering sekali bepergian ke luar kota mengunjungi kota-kota dan desa-desa lain di negeri ini. Dari sana, aku dan adikku mengenal budaya lain di kota yang kami kunjungi. Kami banyak sekali belajar tentang budaya, bahasa, dan tata krama yang  ada di sana, dari sana aku mengetahui bagaimana kayanya negeriku ini. Semenjak itu, aku selalu mempelajari seluruh budaya yang ada di negeriku.
Sampai pemilihan pemimpin negeri ini telah tiba, berbagai macam perbedaan pendapat dan cara pandang telah membentuk menjadi dua pihak di antara penduduk negeri ini untuk mendukung masing-masing calon pemimpin yang akan mereka pilih. Kedua calon pemimpin memiliki cara pandang yang sama untuk memajukan negeri ini tapi salah satu calon pemimpin memiliki maksud tertentu setelah menjadi pemimpin negeri ini.
Tanpa melihat akibat apa yang akan terjadi di masa depan, pendukung dari kedua pihak calon pemimpin melakukan berbagai cara untuk mendapatkan dukungan dari penduduk negeri ini, baik dengan cara kotor maupun baik. Salah satunya dengan menyebarkan berita palsu ke seluruh penjuru negeri dengan melalui media sosial. Aku yang belum mengerti apa-apa yang kedua pihak itu lakukan hanya bisa menjadi penonton, sampai terbesit sejarah negeri ini terbentuk.
“Ayah, kenapa mereka harus berebut menjadi pemimpin negeri ini? Kenapa tidak mendiskusikan bersama dan membangun negeri ini bersama-sama seperti dulu,” tanyaku saat aku menonton perdebatan mereka di televisi.
“hmm... sayang, negeri ini sudah tidak sama seperti zaman kemerdekaan dulu. Dulu semua golongan saling bahu membahu untuk mendapatkan kemerdekaan dari penjajah. Zaman sekarang, kita harus mempertahankan apa yang sudah di raih oleh pendahulu kita dan mewujudkan cita-cita yang terkubur, yaitu menjadi negeri yang sejahtera, damai, dan di segani oleh dunia. Untuk meraih itu tidaklah mudah, kamu sudah lihat bagaimana kayanya negeri ini. Banyak negara-negara lain ingin memiliki negeri ini walaupun itu dengan cara kotor yaitu menjadikan pemimpin negeri yang mereka pilih menjadi boneka dan memenuhi apa yang mereka inginkan dari negeri ini.”
“Kenapa negeri lain tidak membiarkan negeri ini memiliki apa yang kita punya, kenapa harus mengambil milik orang lain?”
“itulah manusia Nak, mereka serakah hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa melihat penderitaan di sekelilingnya. Sama seperti negeri mereka, mengambil apa yang negeri ini punya untuk memenuhi kebutuhan penduduk di negerinya tanpa melihat bahwa negeri ini bisa saja sengsara,” terang ayah, “kamu masih kecil sudah berpikiran jauh saja.”
“Eits... jangan salah ayah, Ririn sudah 15 tahun.”
“Memangnya kamu mau jadi pemimpin negeri ini, Nak?”
“Kalau Allah mengizinkan, aku ingin memimpin negeri ini dan membangunnya menjadi sejahtera.”

***

Di depan perapian, aku teringat dengan perbincanganku dengan Ayah. Sayangnya sebelum itu semua terjadi negeriku sudah hancur karena ulah mereka. Setelah salah satu calon pemimpin terpilih menjadi pemimpin negeri ini, mereka dari pihak yang kalah tidak menerima atas kekalahan mereka. Sehingga dari pihak yang kalah menyusun rencana untuk menggulingkan dan mengambil paksa alih kepemimpinan negeri ini.
Dengan keegoisan dan arogansi, mereka seakan-akan menutup mata bahwa penduduk negeri ini sudah ikhlas dan dengan suka cita menyambut pemimpin baru negeri ini dan mendoakan pemimpin baru dapat membangun dan membawa negeri ini menjadi damai sejahtera.
Mereka yang kalah menggunakan cara-cara kotor yang tidak kami sukai sama sekali, tapi dari kebanyakan penduduk negeri kami malah termakan cara kotor dari mereka. Entah kenapa mereka yang kalah tidak mau ikhlas menerima kekalahan mereka tanpa harus mengganggu dan memecah belah kami. Padahal kekalahan mereka mungkin sudah takdir Allah untuk menjadi kalah.
“Kak, adek lapar?”
“Sabar ya dek, sebentar lagi ayah sama ibu pulang dengan membawa banyak makanan,” ucapku dengan nada lembut.
Aku memandang sendu ke arah adik terkecilku yang harus merasakan penderitaan ini. Aku memiliki sepasang adik, tapi adikku yang kedua telah tiada setelah perpecahan itu terjadi. Saat itu, kami sedang terkena musibah, tempat Ayah bekerja mengalami kebangkrutan dan pemutusan kontrak kerja untuk menjaga perusahaan tetap beroperasi. Ayah menjadi salah satu pemutusan kontrak kerja dengan perusahaan tempat Ayah bekerja, padahal Ayah sudah bekerja dan menggeluti di bidangnya selama bertahun-tahun.
Saat itu adikku, Lisa, sedang dalam perjalanan pulang ke rumah dari sekolah. Ibu yang saat itu sedang mengandung adikku memiliki firasat buruk dan menyuruhku untuk mencari Lisa. Aku yang tidak menggubris kecemasan Ibu menganggapnya angin lalu, aku hanya memintanya untuk menelepon ponselnya untuk mengurangi rasa cemasnya. Tapi berkali-kali Ibu menelepon ponsel Lisa tidak ada yang mengangkatnya.
Saat itu juga aku langsung pergi mencari Lisa setelah Ibu berkata ponsel Lisa tidak di angkat dan memintaku untuk mencarinya. Di perjalanan yang biasa Lisa lewati setiap berangkat maupun pulang, di jalan itu banyak orang-orang yang sedang saling teriak mencaci maki dari mereka yang kalah dan mereka yang menang. Sampai entah di mana, orang-orang yang mendukung mereka melakukan adu jotos. Di antara mereka yang tidak menerima mulai mengambil benda-benda yang berada di sekitar mereka untuk membalas apa yang sudah mereka lakukan terhadap teman mereka.
Aku melihat Lisa yang berdiri tidak jauh dari sana sangat ketakutan sekali apa yang di lihatnya di depan matanya. Dengan cepat aku berlari menghampirinya, tapi saat sudah dekat dengannya aku melihat sebuah benda panjang menghantam cukup keras tubuh mungilnya. Dengan keadaan terkejut apa yang terjadi di depan mataku, aku menghampiri tubuh mungil adikku dalam keadaan tidak sadarkan diri di jalan.
Berkali-kali aku berteriak meminta tolong, tapi apa yang aku dapatkan, mereka tidak menggubris teriakanku dan mereka hanya terus saja melakukan aksi kekerasan untuk membalaskan perbuatan mereka satu sama lain. Dengan ketakutan dan kepanikan di dalam diriku, aku berusaha menggendong tubuh adikku menjauh dari sana dan membawanya ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, aku malah mendapatkan kabar lebih buruk, Lisa dinyatakan telah meninggal oleh dokter yang berada di unit gawar darurat. Dengan umur Lisa yang masih muda membuat saraf terpenting di bagian punggung terkoyak.
“Kak, kok bengong,” ucap Ayah.
Aku tersadar setelah merasakan sentuhan jari tangan Ayah di pundak.
“Kamu kenapa? Di panggil berkali-kali malah bengong.”
“Ke ingat dulu Yah,” ucapku setelah tersadar sepenuhnya, “Ibu mana?”
“Sudah jangan di ingat lagi apa yang sudah terjadi, itu semua sudah kehendak Allah kalau Lisa tidak bisa bersama kita sekarang. Ibu di dapur bersama Roni, sana kamu juga bantu Ibumu.”
Aku menganggukkan kepala lalu bangkit berdiri.
“Ririn, jangan dendam terhadap mereka,” ucap Ayah saat aku akan berjalan ke arah dapur.
“Iya Yah,” ucapku dan melanjutkan berjalan ke dapur untuk membantu Ibu.
Aku masih bingung apa yang akan Ayah lakukan sekarang dengan kondisi negara yang sudah hancur, perang saudara ini telah menghancurkan segalanya. Bangunan-bangunan yang dulunya berdiri kokoh telah hancur, keceriaan di wajah setiap anak-anak yang senang bermain sudah sirna, kelaparan di sana-sini.
Setelah pernyataan perang dari kedua kubu, Ayah membawa kami keluar dari kota dan mengharapkan desa tempat tinggal nenek tidak berimbas dari keegoisan mereka tapi setelah sampai di desa tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di kota. Sehingga Ayah dan Ibu mengambil keputusan untuk membawa kami tinggal di pedalaman hutan dekat dengan perbatasan negara.
Ayah membangun sebuah gubuk kecil dari bahan-bahan yang di dapat di dalam hutan. Setiap malam tiba, kami akan saling berdekatan di depan perapian yang Ayah untuk menghalau dinginnya malam. Makanan yang kami dapat berasal dari tumbuh-tumbuhan di dalam hutan, tak terkadang juga Ayah dan Ibu akan pergi ke desa maupun ke kota untuk menambah suplai penyimpanan makanan kami dan juga mencari informasi kondisi sekarang.
“Ibu, hari ini kita makan apa?” tanyaku setelah sampai di dapur.
“Hari ini kita makan sama seperti kemarin, Ayah dan Ibu tidak banyak membawa suplai makanan untuk kita.”
“Ibu aku tidak mau makanan itu, tidak ada rasanya sama sekali,” Rengek Roni.
“Sabar ya Nak, nanti ibu akan bikin kan kamu makanan yang enak buat kamu,” ucap ibu dengan lembut.
“Dari dulu ibu selalu mengucapkan itu melulu, di suruh sabar, nanti Ibu akan memasakkan makanan enak, KAPAN BU?” ucap Roni dengan nada kesal.
“RONI! jangan seperti itu sama Ibu,” bentakku.
Sambil menangis, Roni berlari pergi dari dapur. Aku yang ingin mengejar Roni untuk menjelaskan kondisi yang sedang di hadapi.
“Ririn biarkan Ayahmu yang menenangkan Roni,” Ibu mencegahku, “kamu bantu Ibu memasak ya.”
“Baik Bu.”
“Rin, apa Ayah sudah memberitahumu?” tanya Ibu.
“Belum Bu, memang Ayah mau memberitahu tentang apa.”
“Hmmm... biar Ayahmu yang akan menjelaskannya.”
Aku ke pikiran apa yang akan disampaikan Ayah pada kami, aku berharap yang di sampaikan Ayah merupakan kabar baik bagi kita semua. Aku sudah jenuh dengan keadaan sekarang yang terus saja semakin memburuk. Terakhir yang aku dengar dari Ayah, banyak penduduk negeri ini memilih pindah ke negara lain dari pada tinggal di sini yang tidak memiliki harapan sama sekali.
Setiap jam, setiap menit, aku selalu berdoa pada Maha Pencipta Alam Semesta untuk menyadarkan mereka semua bahwa negeri yang seharusnya di bangun bersama-sama telah hancur karena keegoisan dan keambisiusan mereka yang mementingkan apa yang mereka maui bukan apa yang penduduk negeri ini inginkan, kedamaian.
“Rin, coba kamu lihat Ayahmu dan Roni sedang apa dan bilang makanannya sudah siap,” ucap Ibu yang sedang mengangkat panci kecil dan membawanya ke tempat biasa kami makan secara lesehan.
Setelah aku meletakkan piring dan sendok, aku meninggalkan Ibu sendiri di dapur. Aku mendengar Ayah sedang menjelaskan kondisi negara kami sekarang dan meminta Roni untuk meminta maaf pada Ibu.
“Ayah, kata Ibu makanannya sudah siap,” ucapku.
“Ayo kita makan,” ajak Ayah lalu berjalan meninggalkan kami berdua.
“Kak,” panggil Roni.
“Kenapa dek?”
“Maafin Roni ya Kak,” ucapnya di sampingku.
“Iya, kamu juga harus minta maaf sama Ibu.”
“Iya Kak.”
Lalu kami berdua berjalan ke arah dapur, di sana Ayah dan Ibu sudah duduk di bawah menunggu kami untuk makan bersama. Aku duduk di samping Ayah sedangkan Roni duduk di samping Ibu. Tanpa mengeluh, aku menyendokkan sup ke dalam mulut, makanan inilah yang selama bertahun-tahun masuk ke dalam perutku setelah perang saudara pecah di negeri ini terjadi. Terkadang aku harus menahan lapar untuk mengalah pada Roni yang masih masa pertumbuhan.
“Anak-anak, Ayah sama Ibu berpikiran, kita harus mengungsi dari negeri ini. Kita tidak tahu kapan perang ini akan selesai. Ayah juga sudah mendapatkan negara yang akan menerima kita sebagai pengungsi,” jelas Ayah setelah semua selesai makan.
Seketika otakku tidak dapat berpikir setelah mendengar perkataan Ayah. Meninggalkan tempat kelahiranku, rumahku, dan cita-citaku di sini, “Ayah, apa tidak ada jalan lain selain meninggalkan negeri ini? Ririn tidak mau pergi dari sini, ini tempat kelahiranku.”
“Tidak ada sayang, Ayahmu juga sama sepertimu tidak mau meninggalkan negeri ini, tapi kamu dan Rino membutuhkan tempat yang aman,” jelas Ibu, “Kita pindah untuk sementara, setelah peperangan di sini sudah berhenti, kita kembali lagi ke sini,” Ibu mengusap puncak kepala Rino dengan sayang.
“Tapi Bu
“Ririn,” potong Ayah, “Ayah mendapatkan kabar dari teman, perang ini belum berakhir Nak. Ayah menginginkan kamu melihat dunia yang lebih luas lagi dan setelah peperangan di sini berakhir, kamu bisa membantu mereka untuk membangun negeri ini kembali dari bawah,” terang Ayah.
Aku tidak bisa berkata-kata apa yang sudah Ayah ucapkan pada kami semua selesai makan. Ayah mengatakan seminggu dari sekarang kita semua akan berjalan ke pintu perbatasan yang tidak jauh dari gubuk kami. Ayah telah mengurus semuanya apa yang kami perlukan di saat perbatasan.
Menjelang keberangkatan kami semua, rasa sedih mulai terasa di relung hatiku. Aku tidak menyangka akan meninggalkan tempat kelahiranku, banyaknya kenangan sedih dan bahagia di sini. Aku bisa saja tetap tinggal di sini, tapi dengan umurku yang akan beranjak dewasa dan kehidupanku yang masih panjang untuk melihat luasnya dunia untuk  meraih cita-citaku. Aku pastikan akan kembali lagi ke negeriku ini, tempat kelahiran dan kenangan-kenangan bahagia yang berada di sini.


Wednesday, January 30, 2019

#48 Movie: The Earthqueke

January 30, 2019 0 Comments
Resensi
Judul: The Earthquake (Zemletryasenie)
Genres: Drama
Type: Movie
Language: Russian
Country: Russia
Episode: 1
Age Group: R+
Rated: 5 of 5

Di pagi hari Republik Armenia melakukan aktivitas seperti biasanya, begitu juga dengan Robert Melkonyan (Victor Stepanyan), seorang pemuda yatim piatu yang di besarkan oleh kerabatnya, saat itu Robert sedang berkunjung ke salon untuk membeli sebuah senjata tajam. Di lain sisi, sebuah keluarga tidak menerima kedatangan anak dan mantunya ke dalam rumah yang telah membuatnya kecewa.

Anna Berezhnaya (Mariya Mironova) dan Vanya Berezhnoy (Daniil Izotov) yang sedang berbelanja di pasar karena ayahnya akan pulang kerumah membuatnya harus lari keluar dan berdesak-desakkan untuk menghindar dari reruntuhan bangunan saat gempa terjadi. Gempa bumi yang dahsyat menghancurkan semua bangunan-bangunan.
Konstantin Berezhnoy (Konstantin Lavronenko) dari dalam pesawat, dia melihat kota tempat tinggalnya hancur semua. Setelah mendarat Konstantin langsung menuju ke rumahnya, tapi yang dia dapatkan rumahnya telah hancur. Di sana, Konstantin bertemu dengan Robert yang sedang mencegah sebuah truk untuk membantunya mengeluarkan seorang gadis yang bernama Lilit sedang tertimbun reruntuhan.

Sekembalinya dari rumah sakit, Konstantin dan Robert mulai menggali reruntuhan untuk mengeluarkan orang-orang yang tertimbun di sana. Di sana lah, Konstantin mendapatkan putri tertuanya, Katya Berezhnaya (Anastasiya Savkina) telah meninggal dan membuatnya sangat terpukul. 
Banyak sekali kejadian yang bisa membuat bersyukur dari keluarga Erem (Michael Poghosian) dan istrinya yaitu Ashkhen (Asmik Aleksanyan) yang awalnya tidak menerima kedatangan putrinya yaitu Gayanz (Sabina Akhmedova) bersama suaminya dapat di pertemukan kembali walaupun Ashken berhasil selamat dari reruntuhan rumahnya.

The Earthquake (Zemletryasenie) di ambil dari kisah nyata yang terjadi pada tahun 1988 di Armenia. Gempa bumi saat itu tercatat 10 bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima pada tahun 1945. Pembuatan film ini terinspirasi dari kejadian tersebut dan menceritakan tentang penduduk masyarakat Armenia yang bertahan hidup setelah kejadian. Film yang di sutradarai oleh Sarik Andreasyan dapat memperlihatkan bagaimana dahsyatnya gempa itu terjadi dan bagaimana emosionalnya penduduk Armenia untuk bertahan hidup.

Paling sedih banget dan menyentuh di hati, pada saat Vanya tidak mengetahui bahwa seluruh keluarganya telah tiada. Vanya yang harusnya bertemu dengan Ayahnya malah mendapatkan Robert yang mengaku sebagai kerabatnya atas permintaan Konstantin. 
Review
Walaupun visual grafik pada saat terjadinya gempa terlihat sederhana, film ini bisa membuat aku merasakan kesedihan penduduk Armenia yang di tinggal pergi sanak saudaranya untuk selamanya maupun yang hilang. Di tambah lagi dengan musik yang sangat pas sekali di setiap screen shots.

Film ini aku recommended buat kalian tonton karena memang bagus banget. Kalian tidak akan menyesal setelah menonton film ini.


Tuesday, January 29, 2019

#47 Novel: Bukan Cinderella By Ifa Avianty

January 29, 2019 0 Comments
[Review/Resensi] Bukan Cinderella By Ifa Avianty
Judul: Bukan Cinderella
Penulis: Ifa Avianty
Penerbit: Noura Books
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, 2014
Jumlah Halaman: 320 hlm
Genres: Romance
Bahasa: Indonesia
ISBN: 978-602-1606-87-2
Rated: 2.5 of 5

Leila Dewayanie Suwito, seorang mahasiswa dan gadis yatim piatu yang harus bekerja keras sebagai penjual kue dan menerima jahitan untuk menghidupi dia dan adiknya, Yusuf, yang masih bersekolah. Leila dan Yusuf tinggal di rumah peninggalan dari kedua orang tuanya yang telah lama bercerai dan meninggal dunia. Yusuf selalu membawa pulang bingkisan dari tetangga ke rumah yang membuat Leila merasa kesal seperti di kasihani oleh tetangganya.

Tetangganya yang merupakan keturunan ningrat memiliki anak semata wayang bernama Mahendra Prabowo, umur Andra dan Yusuf sepantar membuat mereka berdua menjadi teman akrab. Mamah Andra selalu memesan makanan yang di buat oleh Leila sehingga sudah menganggap Leila sebagai anak perempuan yang selama ini diinginkan.

Ya Tuhan, aku tak mau hidup di alam mimpi. Aku ingin hidup di alam nyata yang bahagia. Bukan alam mimpi yang bak di negeri dongeng tapi kering kebahagiaan dan kehangatan.

Sampai Papah Andra yang sudah sakit-sakitan membuat keluarga besar menginginkan Andra yang menjalankan perusahaan tapi dengan kondisi Andra sudah menikah. Andra yang saat itu sudah memiliki seseorang yang di cintainya di tolak oleh keluarga besar sampai Mamah dan Papah mengajukan nama Leila untuk di nikahi oleh Andra.

Dengan terpaksa Andra menerima pilihan calon istrinya dari kedua orang tuanya. Yusuf yang mengetahui Andra mencintai seseorang membuat perjanjian untuk tidak menyentuh Leila, kakak perempuannya, sebelum Andra mencintai Leila. Selama Leila dan Andra berumah tangga, mereka tidur di ruang kamar tidur terpisah.

Hubungan antara mereka membuat Leila kesal bukan main terhadap Andra yang menganggap seperti sebuah permainan dan berganti ke permainan baru. Sampai kedatangan orang yang pernah memiliki hati Andra yaitu Pepey, adik tiri sepupu Andra kembali ke Indonesia untuk di rawat bersama keluarganya karena penyakit yang dideritanya. Leila mulai ragu kembali atas cintanya Andra padanya.

Bukan sekedar untuk dikenang, tapi lebih karena Ibu mencoba mengambil hikmah, bahwa dari setiap peristiwa yang kita alami, Allah mengajarkan kita untuk menjalani penuh dengan rasa syukur. 

Sebel juga kalau punya suami seperti Andra yang tidak tegas memilih yang harus berada di hatinya siapa dan perlakuan terhadap istrinya seperti itu di tempat acara perusahaan. Ya pastinya sudah membuat Leila sakit hati banget. Tapi sikap Leila juga bikin gemas, kenapa tidak speak up saja toh Andra juga suaminya kalau dia sudah menyakiti hatinya. Mungkin di dalam cerita ini, harus saling keterbukaan satu sama lain jika sudah menjadi sepasang suami istri.

Awal melihat cover ini di aplikasi Ipusnas terlihat menarik sekali, dengan dua pasang sepatu pria dan wanita yang berada di dalam box sepatu membuatku ingin membacanya setelah melihat sinopsisnya yang juga sangat menarik.

Tapi ternyata cerita ini membuatku bingung, dengan banyaknya sudut pandang di antara Leila, Andra, Yusuf, dan Pepey. Di tambah, tidak adanya pemberitahuan sudut pandang membuatku harus mengira-ngira ini siapa. Alur cerita yang pertama kali aku baca terasa mengalir dan Konflik yang di ceritakan juga sederhana tapi dengan terlalu banyaknya sudut pandang jadi tidak terlihat menarik.


Follow Us @soratemplates