Wednesday, April 24, 2019

#100 Hallmark Channel Movie: Just Add Romance

April 24, 2019 0 Comments
[Review/Resensi] Hallmark Channel Movie: Just Add Romance
Title: Just Add Romance
Genres: Romance
Type: TV Movie
Language: English
Country: USA
Episode: 1
Age Group: R+
Rated: 4.5 of 5

Just Add Romance salah satu film keluaran Hallmark Channel, tema kali ini sedikit sama seperti yang pernah aku bahas sebelumnya di Love on the Menu masih berbau makanan tapi kali ini tentang kompetisi. Kalian pernah mendengar Master Chef, Iron Chef, Hell’s Kitchen, and many moreDengan di sutradarai oleh Terry Ingram membawa aku kembali melihat kompetisi memasak yang tentu saja sudah di bumbui sedikit romance di dalamnya.

Carly (Meghann Fahy) dan Jason (Luke Macfariane) pernah satu sekolah culinary tapi entah kenapa di keesokan harinya Jason tidak hadir di kelas dan mendapatkan kabar dari gurunya bahwa Jason telah berhenti tanpa memberi ucapan perpisahan pada teman-teman sekelasnya dan Carly.
Tiga tahun terlah berlalu, Carly sudah bekerja menjadi koki di salah saru restoran di Chicago. Sampai berita kedatangan sebuah kompetisi yang bernama Kitchen Showdown akan datang ke Chicago untuk mendapatkan koki terbaik dan membukakan sebuah restoran untuk pemenangnya. Teman Carly memberitahu Carly untuk ikut berpartisipasi dalam kompetisi tersebut.

Di lain tempat, partner Jason memberitahu Jason untuk ikut berpartisipasi dalam kompetisi Kitchen Showdown tapi Jason pesimis untuk ikut mendaftar dengan pengalaman yang sangat minim sekali. Apalagi di tambah dengan bos restoran yang pasti tidak memberikan ijin Jason untuk mengikuti kompetisi tersebut.

Tapi siapa sangka, Carly dan Jason yang tidak berniat untuk ikut kompetisi malah mendaftarkan diri dan mereka bertemu kembali sebagai saingan. Selama kompetisi, Carly dan Jason berbagi cerita dan mengingat kembali kenangan selama mereka sekolah, sampai kedekatan mereka menjadi perhatian staff, juri, dan para partisipan Kitchen Showdown.
Perjalanan kompetisi membuat setiap kontestan gugur di tengah perjalanan dan meninggalkan dapur kompetisi. Sampai Carly dan Jason di dapatkan harus menjadi saingan untuk merebutkan kemenangan atau hadiah yang mereka impikan sebuah restoran. Dengan di bantu mantan kontestan, Carly dan Jason mengeluarkan kemampuan mereka dalam masakannya.

Siapa yang akan menjadi pemenang? Bagaimana hubungan Carly dan jason?

Aku suka dengan acting Meghann Fahy, di awal menonton dia terlihat natural masuk ke dalam perannya sebagai Carly tapi di saat dia masuk ke dalam ruang dapur di Kitchen Showdown entah kenapa kayaknya gayanya kurang pas sekali dengan kedua tangannya masuk ke dalam kantong celana. Dengan lawan main Luke Macfarlane, mereka terlihat serasi sekali di dalam film.

Plot cerita yang sederhana tentang kompetisi memasak dan memperlihatkan bagaimana seorang kontestan yang kalah menerima dengan lapang dada kekalahannya tanpa adanya kekerasan di dalamnya. Konfliknya juga terlihat sederhana tentang kepercayaan diri.
Untuk suatu kompetisi, emosi dalam film kurang menegangkan dan tensi persaingan yang kurang malah terlihat para kontestan di saat pengambilan gambar terlihat friendly, mengobrol satu sama lain dan membantu sama lain.

Overall, film Just Add Romance bagus untuk di tonton karena tidak hanya tentang cerita romance yang di ceritakan tapi ada tentang kepercayaan diri tentang bakat memasak di dalam dirinya sendiri dan bagaimana memberikan kebahagiaan kepada kedua orang tua.


Tuesday, April 23, 2019

#99 Novel Amore: Wonderwall By Ida Ernawati

April 23, 2019 0 Comments
[Review/Resensi]
Judul: Wonderwall
Penulis: Ida Ernawati
Penerbit: PT Gramedia Putsaka Utama
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, 2018
Jumlah Halaman: 280 hlm; 20 cm
Genres: Romance, Family
Bahasa: Indonesia
ISBN: 978-602-03-8293-7
Rated: 5 of 5

Setelah pulang dari Budapest, untuk melupakan masa lalunya Emma berpacaran dengan Farrel. Emma tidak sangka kedatangannya ke apartemen mendapat kejutan dari Farrel yang melamarnya. Tapi, dengan permasalahan keluarga yang dimilikinya dan tidak diceritakan pada Farrel, Emma gamang untuk menyambut lamaran Farrel.

Tidak hanya kejutan dari Farrel yang di dapat, Emma bertemu dengan Arya, seseorang yang memiliki hubungan dengan masa lalu yang ingin dia lupakan sampai harus pergi ke Budapest. Tapi perubahan Arya pada Emma menimbulkan pertanyaan, sikap Arya pada Emma tidak ramah seperti dia kenal.

“Cinta tidak mengenal kata ‘tetapi’. Kalau kamu masih menambahkan kata ‘tetapi’, itu tandanya kamu harus cek kebenaran perasaanmu.”

Sahabat Emma, Vanda, dengan baik hatinya mencari tahu tentang Baruna. Informasi yang di terima Emma tentang Baruna membuatnya kaget dan merasa bersalah. Emma berusaha untuk dapat bertemu dengan Arya tapi selalu mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan. Sampai Emma mendatangi kantor Arya yang ternyata ada Mamahnya di sana.

Perubahan sikap Mamahnya pada Arya sangat berbeda dengan dirinya yang dingin dan ketus. Emma dan Mamah selalu berakhir dengan perdebatan. Semenjak perpisahan Ayah dan Mamah, Emma menjaga jarak pada Mamah.

Mamah sakit membuat Emma berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka. Tapi, pertama pertemuan Mamah dan Farrel tidak berjalan mulus dengan yang di harapkan Emma. Berbeda sekali sikap Mamah terhadap Arya yang semangat dan senang untuk bertemu. Sebelum sesuatu hal yang tidak diinginkan Emma, Emma memberitahu Mamah untuk tidak menjodohkannya pada Arya.

Bagaimana hubungan Emma dan Arya? Apa yang terjadi pada Baruna? Bagaimana hubungan Mamah dan Emma?

“Let the past in the past. Jika tidak bisa, buatlah masa sekarang jauh lebih riuh.”

Mungkin cerita di Wonderwall lebih banyak menceritakan tentang keluarga daripada romance, di mana Emma mencoba memperbaiki komunikasi yang baik terhadap Mamahnya yang selama ini selalu dia tidak pedulikan. Karena teringat masa lalu keluarganya yang bercerai dan ingatannya tentang Mamah tidak sebaik Papahnya. Tidak hanya tentang keluarga saja di dalam cerita ini, tapi juga bagaimana seorang single parent menghadapi anak yang berkebutuhan khusus.

Karakter Farrel yang ceria, jail, dan baik terasa cocok dengan karakter Emma yang tertutup. Aku terharu saat Farrel menasihati Emma untuk menjadi anak yang baik terhadap Mama dan menuruti keinginan Mamahnya daripada keinginannya sendiri. Walaupun tidak terlalu banyak kisah romance antara Emma dan Farrel di dalam cerita tapi penulis memberitahu ketulusan Farrel dalam hubungan.

“Karena cinta butuh keberanian. Berani berkorban, berani salah, berani menerima, berani mengakui. Kalau kita tidak membuat keputusan apa pun, pengecut sekali kita.”

Plot cerita yang simpel dengan konflik yang sederhana tapi kaya akan makna. Dengan sedikit menceritakan masa lalu Emma di masa lalu dan penempatan yang pas dalam cerita membuat aku sebagai pembaca mengalir mengikuti arus. Dengan menggunakan point of view orang ke tiga jadi mengetahui perasaan karakter di sekitar Emma.

Aku merekomendasikan novel Wonderwall untuk kalian baca, kalian tidak akan menyesal setelah membaca novel ini. Aku yang membaca novel ini sangat menyentuh hati, bagaimana seorang berusaha untuk move on dari masa lalu dan memperbaiki hubungan pada orang tuanya.


Tuesday, April 16, 2019

#98 Novel Amore: I Love You Dearly By Ria N. Badaria

April 16, 2019 0 Comments
[Review/Resensi]
Judul: I Love You Dearly
Penulis: Ria N. Badaria
Penerbit: PT Gramedia Putsaka Utama
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, 2018
Jumlah Halaman: 304 hlm; 20 cm
Genres: Romance, Friendship
Bahasa: Indonesia
ISBN: 978-602-03-8155-8
Rated: 4 of 5

Dania seorang desainer baju dan memiliki bistro di Jakarta. Bistro yang di bangunnya di di bentuk bersama sahabatnya, Santi, yang memiliki insting bisnis yang tajam. Di saat tidak dapat inspirasi untuk membuat desain, Dania selalu melihat sebuah blog yang hanya berisikan foto-foto. Sampai dia menjadikan salah satu foto di blog untuk di jadikan desain kemeja.

Santi yang melihat hasil desain Dania yang di ambil dari salah satu foto di blog menginginkan kemeja itu di buat menjadi banyak tapi Dania tidak mau kemeja itu di perbanyak karena itu bukan hasil kreasinya. Karena ingin sekali berkomunikasi dengan pemilik blog dan meminta ijin untuk pemakaian foto di blog, Dania mengirim alamat email ke dalam kolom komen di blog.

“Cinta bukan soal kesempurnaan. Walaupun kau memiliki segalanya, bukan jaminan untuk mendapatkan cinta.”

Lee Seok Hyun tidak seperti kakaknya, Lee Jae Hyun, yang memiliki badan sehat. Semenjak kecil Seok Hyun memiliki kelainan pada jantungnya. Seluruh anggota keluarganya sangat menjaganya sampai dia merasakan kekosongan di dalam dirinya. Karena hasil bidikan dengan lensa kameranya, dia dipertemukan dengan Dania yang ingin meminta ijin untuk menggunakan salah satu fotonya.

Semenjak itu, Dania dan Seok Hyun selalu berkomunikasi melalui laptop. Dania yang tidak memberitahu kehidupan pribadinya yang sudah memiliki pacar pada Seok Hyun membuatnya memiliki harapan cinta pada Dania.

“Aku bahagia karenamu. Kehadiranmu dalam hidupku berhasil mengusir sepi dan kekosongan yang selama ini begitu erat menjeratku.”

Sampai kedatangan Seok Hyun ke Indonesia dan menyatakan perasaannya pada Dania membuatnya terpuruk kembali seperti semula. Kenyataannya yang di terima Seok Hyun membuat jantungnya semakin buruk. Jae Hyun yang marah terhadap Dania memberitahu kondisi Seok Hyun yang sebenarnya.

Apa yang terjadi pada Seok Hyun? Apa reaksi Dania?

Melalui novel ini, aku bisa melihat sebuah persahabatan dari dua orang asing dan berbeda negara. Dania dan Seok Hyun di pertemukan melalui dunia maya sampai mereka mengunjungi negara masing-masing. Tidak hanya itu saja, di novel ini juga menceritakan ketulusan cinta yang di berikan Seok Hyun dan Raka pada Dania. Walaupun menurutku Dania egois, dia menyembunyikan statusnya tanpa berpikir lebih jauh dampak yang diberikannya pada Seok Hyun.

“Jatuh cinta ternyata menyenangkan, juga merepotkan.”

Emosi yang terdapat di dalam novel ini terasa sekali, sedih dan kesal. Tapi yang paling mengena sekali pada saat bagian Seok Hyun. Meskipun setting alur ceritanya bergonta-ganti antara Dania dan Soek Hyun, itu tidak membingungkan karena penulis juga menggunakan point of view orang ketiga. Dari awal aku baca, konflik yang di ceritakan sulit untuk di tebak namun setelah di pertengahan baru bisa di tebak. Tapi sayang, pada puncak konflik kurang all out.

Walau cerita ini bagus, kekurangan dalam novel ini terdapat di kesalahan penulisan dan penggunaan kalimat yang kurang tepat. Akan lebih bagus lagi ada penambahan bahasa seperti bahasa Korea dan bahasa Inggris di dalamnya tentu dengan terjemahannya di bagian footer, jadi enggak full bahasa Indonesia.


Monday, April 15, 2019

#97 Anime: Nanatsu No Taizai Movie: Tenkuu No Torawarebito

April 15, 2019 0 Comments
[Resensi] Anime: Nanatsu No Taizai Movie: Tenkuu No Torawarebito
Title: Nanatsu no Taizai Movie: Tenkuu no Torawarebito
Alternative Title: The Seven Deadly Sins: Prisoners of the Sky, 
劇場版七つの大罪天空の囚われ人
Genres: Action, Adventure, Fantasy, Magic, Shounen, Supernatural
Type: Movie
Language: Japanese
Country: Japan
Adaption: Manga
Episode: 1
Age Group: BO-13+
Rated: 5 of 5

Setelah mengeluarkan anime seri series dengan 2 season yang sudah selesai tayang kali ini Nanatsu no Taizai mengeluarkan seri movie. Di sutradarai oleh Noriyuki Abe animasi ini tidak kalah seru dengan seri series, menceritakan The Seven Deadly Sins bertualang ke Sky Palace.

Meliodas (Yuki Kaji) yang menginginkan sky fish untuk memberikan sebagai hadiah kepada Raja Bartra (Nishi Rintarou), tapi sebelum memberikan hidangan itu kepada Raja, Meliodas meminta Ban (Tatsuhisa Suzuku) untuk mengajarinya memasak makanan yang enak. Setelah Meliodas membuat sebuah dessert ‘apple pie’ Ban yang sebagai guru tidak berani mencobanya walaupun dari penampilan terlihat sempurna. Dari semua The Seven Deadly Sins tidak ada yang berani mencoba kecuali Escanor (Sugita Tomokazu).
Karena gagal memasak, Meliodas dan Hawk (Kuno Misaki) di suruh untuk membersihkan bekas muntahan Escanor. Di Spring Lake, Meliodas dan Hawk melihat sebuah cahaya dan terdapat sky fish di dalamnya. Tanpa pandang bulu, mereka melompat masuk ke dalam Spring Lake.

Di lain sisi, Solada yang menyakini bahwa klannya tidak dapat bertahan tanpa adanya The Great Oshirountuk mengalahkan demon clan. Dia meyakini The Great Oshiro berada di bumi dan dia harus mencarinya sebelum terjadi The Time of Ruin bagi klannya. Berbekal keyakinan itu Solada muncul di Spring Lake tempat Meliodas menceburkan diri.

Dengan wajah yang mirip dengan Meliodas, Solada bertemu dengan Gowther (Takagi Yuuhei), Merlin (Maaya Sakamoto), King (Jun Fukuyama), dan Diane (Yuuki Aoi). Solada yang tidak mengerti maksud mereka memilih kabur dari mereka semua. Gowther dan Merlin pertama kali yang menyadari bahwa Solada bukanlah captain mereka. Tapi tidak ada yang mempercayainya, sampai Ban berusaha menangkap dan Solada terbang menggunakan sayapnya.
[Review] Nanatsu No Taizai Movie: Tenkuu No Torawarebito
Setelah itu, Solada juga bertemu dengan Elizabeth (Sora Amamiya) yang memiliki wajah yang sama dengan tunangannya yaitu Erlatte (Haruka Tomatsu). Solada menceritakan pada The Seven Deadly Sins apa yang sedang dia cari di bumi dan akibat yang akan terjadi pada klannya yang akan menghadapi The Time of Ruin.

Apa yang akan terjadi pada Meliodas dan Hawk? Apa The Seven Deadly Sins akan membantu Solada?

Mau yang versi series dan versi movie, film ini selalu bisa bikin tertawa dengan kelakuan Hawk yang berubah wujud untuk menghadapi musuh di Sky Palace dan Meliodas memberikan hadiah pada Raja, padahal dia tidak bisa masak walaupun tampilannya terlihat bagus.
Ceritanya juga sangat bagus sekali. Ternyata ada musuh Meliodas di demon clan selain The Ten Commandments. Jika kalian ingat tentang permusuhan angel dengan The Ten Commandments di versi series, di sini akan menjadi sebuah pertanyaan apa mereka berhubungan atau tidak sama sekali dan tidak dijelaskan sama sekali, hanya masa lalu bagaimana para penghuni Sky Palace menyegel demon clan.

Segi tampilan gambar, kalau dari jarak dekat lumayan bagus dengan garis detail yang sempurna tapi kalau sudah jarak jauh gambar karakter terlihat kurang bagus. Dari semua gambar aku paling suka pada  pemandangannya, sangat indah sekali. Pada lagu aku suka bagian insert song pada saat Meliodas bertarung dengan Berlion.
Soundtrack:
Ending: Sora Tobira (空扉) by Nogizaka46


Thursday, April 11, 2019

[ 3 ] Short Stories: Penantian

April 11, 2019 0 Comments
[ 3 ] Short Stories: Penantian
Source: Pinterest.com

Dekorasi pernikahan klasik adat Jawa kraton Jogjakarta memanjakan kedua mataku yang memang menyukai budaya Jawa. Dengan diiringi suara gamelan menjadi terasa berada di setiap acara kraton.
Beberapa minggu yang lalu, di rumah kedatangan kartu undangan pernikahan dari Anton, adik sepupu dari keluarga Ayah, ternyata dia akan mendahuluiku untuk menikah. Sudah takdir Anton akan menikah duluan dan aku masih sendiri tanpa suami maupun pacar. Aku hanya bisa memanjatkan doaku pada Sang Khalik untuk di pertemukan seorang pria yang memang dia adalah belahan jiwaku, tanpa harus merasakan pacaran seperti Abangku yang memiliki mantan pacar seabrek.
Di pernikahan Anton hanya aku dan Ayah yang hadir. Mas Bambang mendapat giliran menjaga ibu yang sakit di rumah selama kami pergi. Kepergianku ke Jogjakarta menjadi tempat aku untuk berlibur untuk melepas penat masalah yang berada di rumah dan jauh dari hiruk pikuk Kota Jakarta. Terkadang aku berharap aku bisa tinggal di Jogjakarta dari pada di Jakarta.
Aku melihat Ayah sedang berkumpul dengan adik-adiknya di dekat meja berisikan makanan ringan. Berhubung di dalam ruangan ini banyak sekali makanan, aku memandang berkeliling mencari makanan ringan yang ingin sekali kumakan sebelum ke makanan berat. Wah... ada bakso, pikirku. aku langsung melangkahkan kakiku ke area meja kecil yang bertuliskan bakso.
Setelah mengantre cukup panjang, akhirnya aku mendapatkan semangkuk bakso di tanganku. Sambil berjalan aku menyuapi bakso ke dalam mulutku. Sambalnya kurang nendang nih, pikirku. Saat berjalan, aku tidak sengaja menabrak tubuh seseorang sehingga kuah dari mangkok bakso terciprat ke baju batik.
“Aduhh... Maaf mas, saya tidak sengaja,” ucapku melihat wajah yang kutabrak. Tanganku yang memegang tisu mencoba untuk membersihkannya. “sebentar ya mas, saya ambilkan tisu lagi,” tisu yang berada di tanganku sudah tak berbentuk.
“Tari,” ucap pria berbaju batik dengan badan yang tinggi.
Di saat melangkahkan kaki, pria itu sepertinya memanggil namaku sehingga aku memandang kembali wajah pria itu, “Hah?” dengan wajah tanda tanya.
“Kamu Tari kan?”
“Iya, siapa ya?” aku mengerutkan kedua alisku untuk mencoba mengingat siapa pria yang berada di depanku.
“Kamu enggak ingat saya?”
Aku menggelengkan kepala tanda tidak mengingat siapa pria di depanku walaupun aku berusaha menggali ingatan di dalam kepala tapi nihil.
“Saya Halim, kita pernah satu sekolah dasar di Jakarta.”
“Maaf ya, saya tidak ingat sama sekali,” ucapku dengan rasa bersalah, “Kamu masih ingat saja, padahal itu sudah lama sekali.”
“Kamu kenal dengan salah satu mempelai?”
“Iya, yang mempelai prianya adik sepupu saya. Kamu?”
“Waah... kebetulan banget ya, saya juga kenal sama Anton. Kami satu fakultas di kampus. Sekarang tinggal di Jogja?”
Aku teringat bahwa Anton baru saja lulus pascasarjana dan sudah menjadi dosen di universitas di Jogjakarta.
“Tidak, saya masih tinggal di Jakarta. Karena Anton menikah saja saya ada di sini. Kamu sendiri ke sini?”
“Enggak, saya sama teman,” Halim menunjukkan jarinya ke arah temannya yang sedang membuat lingkaran dan mengobrol.
Saat sedang melihat temannya Halim terdengar suara Ayah dari arah sampingku, “Tari.”
“Ya Ayah, ada apa?”
“Teman kamu, Tari?” tanya Ayah.
Belum sempat aku menjawab pertanyaan Ayah, suara halim sudah mendahuluiku.
“Saya Halim Om, teman Tari sewaktu sekolah dasar,” Halim mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Ayah.
“Oh... kamu juga teman dari pengantin?”
“Iya Om, saya kenal sama Anton.”
“Wah... dunia ternyata kecil sekali ya. Ya sudah kalian lanjuti obrolan kalian. Tari, Ayah sama Om dan Tante kamu di sana,” Ayah menunjukkan jari ke arah meja yang di khususkan untuk keluarga pengantin.
“Iya, Yah.”
“Mari nak Halim.”
“Iya Om.”
Setelah kepergian Ayah, aku melihat teman-teman Halim menengok ke arah kami, “sepertinya mereka mencari kamu,” ucapku sambil menunjuk ke arah teman-teman Halim.
Halim memberikan tanda dengan jari tangannya untuk memberinya waktu kepada temannya. Dan aku melihat temannya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya ke arah Halim.
“Mereka mau foto sama Anton. Saya minta nomor telepon kamu boleh?”
“Boleh kok, sebentar,” tanganku yang kosong membuka tas tangan.
“Kamu enggak ingat nomor telepon kamu?”
“Enggak,” jawabku sambil mencari HP di dalam tas tangan. Setelah mendapatkan apa yang aku cari. Sebelum mencari nomor telepon yang tidak aku hafal sama sekali suara Halim sudah mencegahku.
“Coba sini HP kamu.”
Tanpa rasa curiga sedikit pada halim, aku langsung menyerahkan HP ke tangannya. Sambil menunggu Halim mengetikkan nomornya dan melakukan misscall ke HP miliknya.
“Nih,” Halim mengembalikan HP ke arahku, ”nanti saya hubungi kamu ya.”
Setelah memberikan HP ku kembali, Halim berpamitan untuk kumpul bersama dengan teman-temannya yang sudah memberikan kodenya pada Halim untuk mengambil foto sama Anton. Aku berjalan dengan mangkuk kosong ke arah meja kecil untuk diletakkan.
Aku tidak terlalu di ambil pusing karena tidak mengingat Halim pada waktu sekolah dasar dulu. Karena setelah lulus, aku memang memilih sekolah yang dekat dengan rumah sehingga aku berpisah dengan teman-temanku semasa sekolah dasar. Pada saat ingin meletakkan mangkuk bakso, terlintas gambaran di mana seseorang menuliskan sesuatu di buku kecil milikku karena tahu aku tidak akan satu sekolah dengannya. Apa mungkin dia? pikirku.

***

Pernikahan Anton telah selesai, Ayah masih tinggal beberapa hari di Jogja sehabis itu akan pergi ke Pekalongan untuk mengunjungi rumah masa kecilnya. Aku juga sudah meminta ijin untuk tinggal lebih lama di sini karena aku ingin sekali mencicipi kuliner yang ada di sini dan Fauzan menawarkan dirinya untuk mengantarku ke mana saja yang aku inginkan selama di Jogja.
Semenjak pertemuanku dengan Halim di pernikahan Anton, kami selalu bertukar kabar. Halim sering mengajakku jalan, tapi aku selalu mengajak Fauzan untuk ikut menemaniku karena aku masih belum mengenal benar dengan Halim. Untungnya tanpa aku memberi penjelasan, Halim mengerti dengan kehadiran Fauzan di setiap kali kami pergi.
“Kamu belum pernah pacaran? Suka sama cowok?” tanyanya dengan muka tidak percaya setelah aku mengatakan belum pernah berpacaran sepanjang usiaku.
“Suka pernah, tapi pacaran enggak pernah,” jawabku seadanya, “Memangnya kenapa?”
“Enggak, ini pertama kalinya aku bertemu seperti kamu.”
“Ah... masa, ada kali yang seperti aku yang memang tidak berpacaran.”
“Benaran, cuman kamu. Lalu kenapa kamu tidak mencarinya?”
Aku menghela nafas sebentar sebelum menjawab pertanyaan Halim, “di umurku yang sekarang bukan lagi mainannya pacaran, tapi sudah harus mencari calon suami.”
“Lalu sudah dapat calon suaminya.”
Aku melirik sekilas ke arah Halim malas untuk menjawab pertanyaannya.
“Kenapa?” tanya Halim.
“Enggak, belum waktunya saja aku di pertemukan sama jodoh aku.” jawabku sambil tersenyum.
Setelah mendengarkan apa yang aku utarakan, Halim tidak lagi membahasnya. Aku tidak mau berharap terlalu banyak dengan keberadaan Halim di dalam hidupku. Dia sudah sangat baik mengajak aku berkeliling Jogjakarta dan mengantar ke tempat-tempat yang ingin sekali aku datangi. Di tambah lagi, belum tentu dia akan menerima kekurangan yang ada di dalam keluargaku dan di dalam diriku, aku takut melihat reaksinya setelah mengetahui bila ibuku sakit jiwa, dia akan menjauhiku.
“Lalu kamu sendiri kenapa masih sendiri?” tanyaku.
“Sama sepertimu, aku sedang mencari calon istri.”
Aku terkaget mendengarnya, “Oh... sudah dapat calonnya?”
“Sudah, tapi belum tahu apa dia mau atau tidak.”
“Loh... Kok begitu?” tanyaku dengan alis tertekuk heran, “kamu tidak mengutarakannya?”
Halim tersenyum, “Ini sudah aku utarakan.”
“Hah? Maksudnya?”
Halim tertawa melihat wajahku yang kebingungan, “Iya kamu, kamu mau? Tidak usah terburu-buru untuk menjawabnya.”
Aku terdiam, masih di liputi rasa kejut yang di berikan oleh Halim bahwa akulah gadis yang dimaksud untuk dijadikannya sebagai istri. Aku melihat wajah Halim yang masih memasang senyuman di sana dengan kedua bola matanya menatapku.
Pembicaraanku dengan Halim masih saja terbawa sampai di rumah Tante Asli. Apa benar dia jodohku yang selama ini aku minta pada Sang Khalik, pikirku. Perasaan ragu dan lega mengisi relung di hatiku. Aku teringat dengan pesan Ayah untuk selalu meminta petunjuk pada Sang Khalik jika aku sedang gelisah atau bingung untuk menentukan pilihan hidup.
Seperti malam-malam sebelumnya, Halim selalu menghubungiku untuk mengobrol. Tapi setelah mengetahui maksud dan tujuan Halim kepadaku membuat jantungku berdetak tidak karuan. Aku berusaha untuk bersikap seperti biasanya kepada Halim tapi yang ada aku malah gugup.

Aku tidak bisa tidur semalaman masih memikirkan jawaban yang akan aku berikan pada Halim. Walaupun aku sudah meminta petunjuk pada Sang Khalik tapi masih belum menemukan jawabannya. Mungkin aku harus menceritakan kondisi keluargaku pada Halim dan melihat reaksinya, setelah itu aku bisa memberikan jawabannya.
“Tari, temanmu sudah datang itu di depan, lagi mengobrol sama Ayahmu,” Tante Asli memberitahuku.
“Pagi sekali dia datang, setahuku kita jalan agak siang,” ucapku sambil membantu memasak di dapur.
“Sudah temui dulu teman kamu, ajak sarapan di sini.”
Pisau yang berada di tanganku letakkan di samping talenan.
“Tari, buat minum dulu,” ucap Tante Ali yang menghentikanku untuk berjalan ke luar dapur.
Tante Ali membantuku membuat teh hangat untuk di bawa ke ruang tamu. Saat berjalan melewati ruang tengah, aku melihat Fauzan sudah bangun dan menaik turunkan kedua alisnya, menggodaku. Suara Ayah dan Halim hampir kedengaran di ruang tengah. Ngobroli apa sih, kok mereka seru banget, pikirku. Memasuki ruang tamu, aku melihat Ayah yang asyik sekali mengobrol dengan Halim di tambah Om Taufan ikutan nimbrung duduk di kursi tunggal.
Aku berjalan mendekat, “ini di minum dulu,” tanganku meletakkan cangkir teh di atas meja tamu.
“Karena Tari sudah datang saya tinggal dulu.”
“Iya Om.”
Ayah dan Om Taufan meninggalkanku berdua dengan Halim di ruang tamu. “Kok datangnya pagi, bukannya kita baru jalan siang ya?” tanyaku.
“Aku mau mengajak kamu sarapan di luar.”
“Duh... Tante Asli malah minta kamu sarapan di sini. Kamu enggak bilang sih semalam kalau mau sarapan di luar.”
Aku lihat Halim menggarukkan belakang kepalanya tanda bingung.
“Sarapan di sini saja dulu ya, baru besok sarapan di luar, bagaimana?” tanyaku.
“Ya sudah,” Halim menganggukkan kepalanya, “nanti jadi ke pantai?” tanyanya, melihatku.
“Jadi, kamu tahu pantai Wediombo? Aku lihat di internet pantainya bagus dan belum ada yang banyak tahu. Selain air lautnya yang jernih, aku lihat di foto yang air lautnya terkena batu besar jadi terlihat seperti air terjun jatuh ke kolam di balik batu besar,” terangku dengan bersemangat.
Halim mendengarkan dengan saksama tanpa memotong pembicaraanku.
“Terus, katanya—“ ucapku terhenti, “kok kamu memandangku begitu, di mukaku ada sesuatu ya?”
“Hah? Enggak ada apa-apa kok di mukamu,” Halim tersenyum. “Kamu enggak pernah cerita kalau ibumu sakit.”
“Dari mana kamu tahu soal itu?” tanyaku.
“Dari Ayahmu, beliau cerita banyak soal penyakit ibumu.”
“Aku hanya takut melihat reaksimu setelah mendengar kondisi ibuku,” aku menundukkan kepala. Aku tidak mendengar suara Halim, apa dia akan menjauhiku? Ya Allah bila memang dia jodohku dekatkan kami jika bukan jodohku jauhkan, pikirku.
“Tari,” panggilnya, “di saat aku mengutarakan keinginanku menjadikanmu sebagai calon istriku, aku sudah yakin bahwa kamu adalah jodohku yang telah disiapkan oleh Allah untukku. Aku akan menerima semua kekurangan keluargamu dan kekurangan yang ada pada kamu.”
Aku mengangkat kepalaku untuk memandang wajah Halim. Tidak bisa mengucapkan sepatah kata untuk di keluarkan dari mulutku, mendengar bahwa Halim yakin bahwa aku adalah jodohnya. Semua keraguan yang hinggap di hatiku dari kemarin sirna sudah. Tidak terasa air mata telah keluar dari kedua mataku, sambil menangkupkan kedua telapak tanganku di bawah mata untuk menghalau air mata untuk keluar lebih deras lagi.
“Kita hadapi bersama-sama ya,” ucap Halim dengan senyum hangat.



#96 Novel Amore: For A Better Tomorrow By Rini Zabirudin

April 11, 2019 0 Comments
[Review/Resensi] #96 Novel Amore: For A Better Tomorrow By Rini Zabirudin
Judul: For a Better Tomorrow
Penulis: Rini Zabirudin
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Cetakan pertama, 2015
Jumlah Halaman: 256 hlm; 20 cm
Genres: Romance
Bahasa: Indonesia
ISBN: 978-602-03-1463-1
Rated: 4.5 of 5

Bima kabur dari Nusa Kambangan bertemu dengan Ellis yang tinggal sendiri di desa untuk menjadi seorang herbal. Ellis selalu menolong orang sakit di tempat tinggalnya tidak menaruh curiga pada Bima yang tergeletak di teras belakang rumahnya. Malah Ellis memberi Bima makan dan tempat naungan sementara.

Merasa kasihan terhadap Bima, Ellis memperkerjakan Bima di rumahnya. Bima melakukan pekerjaan layaknya pegawai, terkadang menemani Ellis masuk ke dalam hutan untuk mengumpulkan tanaman obat untuk para pasiennya. Bima juga mendapatkan pengetahuan tentang obat-obatan dari Ellis.

“Tanah Indonesia sangat subur. Apa pun yang kautanam akan tumbuh. Berbagai jenis tumbuhan bisa digunakan untuk obat. Negeri kita ini sangat kaya.”

Selama tinggal, Ellis tidak pernah memaksa Bima untuk bercerita tentang masa lalunya, bagaimana bisa sampai ke pekarangan belakang rumahnya. Sampai keluarga Ellis datang berkunjung ke rumah setiap akhir pekan. Mignon yang berusaha menginterogasi Bima membuat Ellis cemas terhadap Bima yang terlihat sungkan. Karena khawatir dengan Ellis, Mignon meminta Jo untuk mencari tahu tentang Bima.

Kedatangan Raphael yang mengetahui rahasia Bima memintanya untuk meninggalkan rumah Ellis secepatnya. Tapi Bima tidak bisa meninggalkan Ellis begitu saja seperti permintaan Raphael. Belum lagi orang-orang yang mengejar Bima untuk mendapatkan benda penting dari tangannya datang ke rumah Ellis. Saat itu, Bima menceritakan apa yang terjadi pada dirinya pada Ellis.

Rahasia apa yang di ketahui Raphael? Siapa Raphael? Bagaimana Ellis menyikapi kebenaran yang di ceritakan Bima?

Kasihan sekali hidupnya Bima yang di kejar-kejar sama orang satu instansi dengan dia, sampai harus kehilangan orang kesayangannya dan harus menjauh dari keluarganya. Tapi pertemuan Bima dan Ellis sudah seperti dewi penolong banget. Dengan karakter Ellis yang tidak menaruh curiga sama Bima, baik, memberi makan, memberi Bima untuk mandi, memberinya tempat istirahat, bahkan memperkerjakannya, dan Ellis tidak takut pada Bima yang datang melalui hutan. Kalau aku mah sudah menelepon polisi untuk jaga-jaga kalau dia bakal berbuat jahat.

“Harta yang paling berharga adalah keluarga. Karena di saat seluruh dunia meninggalkan kita maka hanya keluargalah satu-satunya yang akan tetap berada di sisi kita, melindungi dan tetap mencintai.”

Sayang cerita yang bagus tapi di titik klimaksnya terkesan biasa saja. Padahal sudah mengharapkan Bima sama Ellis bakalan kabur bersama dari pengejaran dan sedikit ada action. Dan aku menemukan kejanggalan di sini, saat Bima menceritakan letak benda yang diinginkan oleh orang pengejar pada Ellis tapi Ellis malah mengatakan tidak tahu tempatnya pada saat berbicara pada Magon dan Raphael.

Selain itu, jalan dari klimaks ke ending terasa cepat sekali. Cerita ini di ambil dari sudut pandang orang ke tiga. Menurutku cover novel ini juga terkesan biasa saja.

“Rasa takut adalah teman, Bima. Dia mengajarkan kita untuk selalu berjaga dan waspada. Tanpa rasa takut, manusia tidak akan bisa bertahan hidup. Kita pasti sudah lama punah.”

Overall, novel ini menarik sekali untuk di baca. Ceritanya seperti cinta lokasi begitu, hidup bersama di sebuah desa sehingga timbullah benih-benih cinta di antara mereka. Cerita ini juga memiliki segi humor.


#95 Novel: Spy In Love By Dwitasari

April 11, 2019 0 Comments
[Review/Resensi] #95 Novel: Spy In Love By Dwitasari
Judul: Spy in Love
Penulis: Dwitasari
Penerbit: PT Bentang Pustaka
Tahun Terbit: Cetakan pertama, 2016
Jumlah Halaman: 120 hlm
Genres: Fiksi, Romance
Bahasa: Indonesia
ISBN: 978-602-291-253-8
Rated: 4 of 5

Mungkin masih ingat dengan Eiffel, Tolong! Cerita tentang menjadi mata-mata dan penyamaran. Di novel Spy in Love tema ceritanya sedikit sama tentang seorang agen mata-mata yang ingin melindungi seseorang.

Hotel tempat kerja Putra membuka cabang di Penang sebagai manajer. Kakek satu-satunya Putra tidak setuju dengan pengiriman Putra ke Penang padahal dia tahu cita-cita Putra semasa kecil mau seperti kakeknya yang sebagai mata-mata kelas kakap di Indonesia. Sebenarnya Putra menyembunyikan pekerjaan aslinya dari kakeknya. Kehadiran Putra di Penang hanya untuk menjalankan misi untuk melindungi seseorang. 

Di lain tempat, Jasmine yang datang berlibur ke Bali untuk bertemu dengan pacarnya dan memiliki kesempatan pacarnya akan memperkenalkan dirinya pada kedua orang tua pacarnya di Bali. Tapi takdir berkata lain, Jasmine di khianati oleh pacarnya yang akan menikah dengan sahabatnya semasa kuliah.

“Kenyataan kadang sulit diterima akal sehat, tapi percayalah bahwa ketika kita tahu cara menerima dengan ikhlas, semua lebih mudah untuk dijalani.”

Dengan rasa sakit hati, Jasmine menerima pekerjaan sebagai Event Orginize di Penang. Di sana Jasmine bertemu dengan Putra yang berawal dari kesalahpahaman Putra yang menganggap dirinya ingin bunuh diri di pantai hotel. Oleh karena itu, Jasmine tidak suka dengan Putra yang merupakan orang Indonesia membuatnya teringat dengan mantan pacarnya.

Satria, kakek Putra, mendapatkan misi dari teman lamanya untuk memantau sebuah kecelakaan pesawat yang menurutnya kecelakaan itu di sengaja. Setelah mendapatkan kabar bahwa Putra ingin mengenalkan seseorang yang akan di nikahinya, Satria berangkat ke Penang.

“Karena kamu tidak akan pernah tahu, seorang perempuan pergi bukan karena dia telah merasakan luka, tetapi karena dia merasa tidak lagi dianggap ada.”

Karena tahu calon yang akan di nikahi Putra adalah wanita Malaysia, Satria menolaknya apalagi di tambah tidak akurnya dia dengan ibu dari wanita yang akan di nikahi Putra. Untuk mendekatkannya, mereka mengadakan acara food gathering untuk Satria dan ibunya. Selama mengikuti acara, Satria malah di kepung oleh sekelompok organisasi untuk mendapatkan handphone yang berisi rekaman.

Siapa yang akan di lindungi oleh Putra? Organisasi apa yang mengincar nyawa Satria?

Ini novel kedua yang aku baca bertemakan action romance. Karakter Putra yang tampan dan penuh dengan teka teki tapi tidak bisa menipu Satria yang seorang mantan mata-mata terkemuka di Indonesia. Tapi dari cerita ini, aku bisa tahu seorang mata-mata seperti Satria sangat menyayangi Putra hanya untuk menebus kesalahannya di masa lalu. Karena yang aku tahu, tugas negara selalu menjadi nomor satu daripada keluarga.

Plot cerita yang tidak terlalu ribet tapi penuh dengan misteri. Dari awal membaca sudah membuat banyak pertanyaan pekerjaan apa yang di geluti oleh Putra di lain dia bekerja sebagai manajer hotel. Konflik yang di ceritakan sebenarnya sederhana tapi penulis bisa sekali mengemasnya dengan memberikan twist yang membuat semakin penasaran.

“Saat bertemu denganmu, akan seakan tahu kamu adalah takdirku, aku seakan tahu bahwa Tuhan menyimpan rencana baik-Nya melalui kehadiranmu.”

Untuk sesi action kurang banyak, malah terkesan cepat sekali. Pada saat Putra menyelamatkan Satria cepat sekali ketemunya tidak ada hambatan sama sekali, seolah-olah di saat pintu masuk sudah ada Satria di sana. Padahal penggambaran lokasi penyekapan berupa kastil tua.

Secara keseluruhan novel ini worth it untuk di baca, tapi aku masih penasaran dengan kisah Satria yang menjalankan tugas di Malaysia yang jatuh cinta dengan seorang gadis tapi tidak sampai ke pernikahan karena perbedaan negara.


Follow Us @soratemplates