Tuesday, March 5, 2019

# Best Seller The New York Times # Novel

#69 Novel: Glass Sword (Series #2) By Victoria Aveyard

Review/Resensi Glass Sword (Series #2) By Victoria Aveyard
Judul: Glass Sword (Red Queen #2)
Penulis: Victoria Aveyard
Penerjemah: Shinta Dewi
Penerbit: Noura Books
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, 2015
Jumlah Halaman: 448 hlm
Genres: Young Adult Fantasy
Bahasa: Indonesia
ISBN: 978-602-385-168-3
Rated: 4.5 of 5

“Aku rela berbuat apa saja supaya dia tetap hidup. Supaya dia bisa terus bersamaku. Supaya aku tidak sendirian.”
Setelah bebas dari cengkeraman Maven yang akan membunuh Mare dan Cal. Mare di bawa oleh Shade, Farley, dan Cirloin ke markas pemberontakan merah di sebuah pulau yang jarang di ketahui oleh Kaum Perak. Di sana, mereka bertemu dengan Kolonel yang merupakan petinggi yang menggerakkan pemberontak merah selain Farley. Tapi sayang kehadiran Cal yang dikenal sebagai pangeran Kaum Perak tidak disukai kehadirannya di sana.

Mare yang bertemu kembali dengan keluarganya di sana membuatnya senang sekaligus cemas akan keadaan Cal. Tidak hanya itu saja, Mare teringat dengan nama-nama yang diberikan Julian kepadanya tentang para darah baru yang harus dia selamatkan nyawanya dari tangan Mavin yang akan mengincar mereka semua.

Bersama dengan Shade, Farley, Kilorn, dan juga Cal. Mare berangkat untuk menjalankan misinya untuk menemukan para darah baru di seluruh penjuru Norta. Dengan mengendarai pesawat jet curian yang di kendarai oleh Cal, Mare melakukan misi pertamanya untuk menemukan nama yang bernama Nix, seorang darah baru.

“Julian dan Sara pasti dikurung bersama para tawanan perak, bukasn beserta kaum darah baru. Ingatlah seperti apa mereka dan bagaimana perasaan mereka. Bukan cuma mereka yang melihat kebobrokan di dunia ini.”

Pencarian yang dilakukan oleh Mare membuahkan hasil, banyak para darah baru yang telah dia temukan dan melatih mereka untuk dapat mengendalikan kekuatan mereka di markas mereka. Banyak pemilik kekuatan yang sangat berbeda dengan Kaum Perak dari peredam suara, memanipulasi gravitasi, dan mengubah wujud.

Saat akan melakukan misi selanjutnya, Mare di temukan oleh darah baru bernama Jon. Dia memberitahu pada Mare tentang sebuah penjara yang memenjarakan Kaum Darah Baru dan Kaum Perak yang menentang Maven. Jon juga memberitahukan jika Mare tidak segera membebaskan mereka, mereka akan di eksekusi oleh Maven.

Semenjak itu Mare dan yang lain mulai menghimpun kekuatan dan menyusun strategi untuk melakukan misi pembebasan. Dengan di bantu oleh Cameron yang Mare paksa untuk ikut bersamanya untuk menggunakan kekuatannya dalam misi pembebasannya.

Apa yang terjadi pada Cal di markas pemberontak merah? Apa yang akan terjadi dengan Mare?

“Andaikan aku pedang, maka aku adalah pedang dari kaca yang di ambang kehancuran berkeping-keping.”

Aku merasa kasihan dengan Cal yang tidak menyukainya karena dia mantan pangeran Kaum Perak, apalagi aku merasa Cal di jadikan ban serep/pelarian oleh Mare yang masih menginginkan Maven padahal Mare sendiri sudah menanamkan pada dirinya sendiri untuk membenci Maven tapi ternyata Mare masih menyimpan surat-surat yang dia temukan saat akan menjemput para darah baru. Yah... memang benar apa yang di katakan Cal “Cinta memang buta.” Walaupun sudah di sakiti tapi masih rindu.

Aku melihat Mare menjadi seorang gadis yang tertutup tidak seperti yang di buku pertamanya, Mare selalu bercerita pada Maven apa yang dia cemaskan dan segalanya. Di Glass Sword, Mare memendam semua perasaannya sehingga hanya segelintir orang saja yang tahu akan dirinya, seperti Cal dan Kilorn. Penyampaian perasaan Mare yang di ungkapkan penulis sangat berasa sekali di tiap kejadian yang terjadi pada Mare.

Tapi sayang kurang gereget seperti buku pertamanya, jadi bikin aku sedikit bosan. Mudah-mudahan di buku selanjutnya lebih bagus lagi, jadi penasaran apa yang akan terjadi pada Mare di tangan Maven.


No comments:

Post a Comment

Follow Us @soratemplates