Penulis: Vira Safitri
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Cetakan pertama, 2015
Jumlah Halaman: 368 hlm; 20 cm
Genres: Romance
Bahasa: Indonesia
ISBN: 978-602-03-2336-7
Rated: 4.5 of 5
Amy pergi ke Belanda untuk bertemu dengan ibunya, tapi dia lupa kalau untuk menuju ke sana harus menggunakan pesawat dan dia memiliki ketakutan besar untuk menaiki pesawat. Di dalam pesawat, Amy kaget harus duduk bersebelahan dengan seorang yang telah menolongnya dan juga orang yang menjadi bahan incaran selama di boarding room yaitu Liam Spark.
Di sisi lain, Liam juga tidak menyangka bahwa gadis yang akan duduk di sampingnya adalah gadis yang di tolongnya di bandara. Belum lagi dengan sikap Amy yang sinis terhadap Liam membuatnya semakin tertarik. Liam belum ingin berpisah dengan Amy memintanya menemani keliling dan dicarikan hotel.
”Cinta itu tak selamanya adil, Meneer Van der Deen. Terkadang dia membuat kita berjuang melawan sesuatu yang sudah jelas tidak bisa kita menangkan. Lebih parah lagi, mampu membuat kita bahagia dan menderita pada waktu yang sama.”
Iriana mengetahui Liam berada di Belada mencoba menghubunginya dan memintanya bertemu. Rasa cintanya pada Liam masih ada di hatinya walaupun sekarang dia sudah memiliki tunangan. Iriana yang melihat Liam foto di media bersama seorang gadis membuatnya sakit hati dan pupus untuk dapat kembali kepada Liam.
Liam yang selalu mengajak paksa Amy untuk menemani berjalan-jalan di terima dengan pasrah oleh Amy. Sampai Amy menceritakan kedatangannya ke Belanda untuk bertemu ibunya untuk membatalkan pertunangannya dan menceritakan pekerjaannya.
“Cinta yang sempurna lahir tanpa syarat, hati-hati dengan perasan yang muncul karena obsesi semata. Sebelum kau membuat keputusan, ada baiknya kau memastikan perasaanmu sendiri. Jangan sampai kau menyesal di kemudian hari karena mengikuti emosi yang keliru.”
Sampai suatu hari, Amy tidak sengaja bertemu dengan Iriana pada saat mengembalikan biola yang tertinggal di rumah Karen dan tunangannya yang datang ke Belanda untuk membicarakan hubungan keduanya yang di ujung tanduk. Di lain itu, Amy mengetahui kebenaran dari perpisahan kedua orang tuanya dahulu.
Apa yang terjadi pada mereka? Bagaimana hubungan Liam dan Amy?
Pertama kali liat cover novel ini yang bergambar biola merasa terpanggil untuk membacanya karena menurutku ini menceritakan tentang seseorang yang bermain biola. Dan ternyata dugaanku benar, ternyata tokohnya seorang musisi terkenal.
“Terkadang di saat kita mencintai orang lain dan berusaha menjadi yang terbaik untuknya, kita tidak menyadari ada orang lain yang mencintai kita tanpa perlu berusaha.”
Karakter Amy yang tertutup sampai tidak tahu orang terkenal di satu ruangan dengannya di boarding room, malah membuatku berpikir ‘ini orang tinggal di goa apa ya? Sampai enggak tahu yang berada di satu ruangan dengannya orang terkenal’. Sudah begitu reaksinya malah kesal pada Liam. Tipe seperti Amy memang seharusnya di paksa untuk keluar, seperti Liam yang memaksa Amy menemaninya jalan-jalan.
Aku yang tidak begitu mengenal bangunan-bangunan yang berada di Amsterdam jadi tahu berkat novel ini. Penulis memberikan nama-nama bangunan yang berada di sana, seperti Museum Amstelkring dan Oude kerk.
“Sebesar apa pin cinta yang kaumiliki untuk seseorang yang tidak mencintaimu, segalanya akan sia-sia pada akhirnya.”
Aku suka pada bagian klimaks dari cerita ini, smooth dan terarah dengan pas sekali, seperti tidak terlalu menggebu-gebu. Amy yang di hadapi oleh ketakutan akan perbuatan tunangannya terhadap Liam dan prasangka hubungan antara Liam dan Irina yang di ambil sendiri. Sampai terjadinya kesalah paman di antara keduanya tanpa mencari tahu kebenarannya.
Kekurangan dari cerita ini hanya satu, tidak adanya penjelasan di footer untuk bahasa Belandanya. Terkadang ada terkadang tidak ada, sayang sebenarnya, orang pasti malas buat buka ke halaman sebelumnya atau mencari di google translate. Tidak hanya itu, aku masih penasaran dengan hubungan orang tua Amy yang terakhir mereka saling bertemu di flat Amy dan berbicara.
No comments:
Post a Comment